Poin Penting
- BI memperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah pada 2026 berada di kisaran Rp16.430 per dolar AS, sedikit menguat dibandingkan proyeksi 2025 sebesar Rp16.449 per dolar AS.
- Gubernur BI Perry Warjiyo menilai proyeksi tersebut realistis karena volatilitas global dan risiko arus modal keluar masih akan tinggi pada 2026.
- BI akan terus menjaga stabilitas rupiah melalui intervensi di pasar NDF, DNDF, spot, dan pembelian SBN di pasar sekunder, meski langkah tersebut berpotensi memengaruhi cadangan devisa.
Jakarta – Bank Indonesia (BI) memproyeksikan rata-rata nilai tukar rupiah pada 2026 akan berada di kisaran Rp16.430 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kurs rupiah pada 2026 diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.430 per dolar AS atau lebih rendah dari perkiraan rata-rata tahun 2025 yang sebesar Rp16.449 per dolar AS. Sedangkan target Anggaran Tahunan BI di level Rp15.285.
“Nilai tukar rupiah reratanya Rp16.430 hampir sama dengan prognosa (2025) yang sebesar Rp16.440 per dolar AS,” Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu, 12 November.
Baca juga: Genius Act: Senjata Baru AS Menjaga Dominasi Dolar
Perry menyatakan prakiraan tersebut cukup realistis, sebab kondisi perekonomian global tahun 2026 masih menghadapi volatilitas yang tinggi.
“Saya kira ini adalah realistis karena memang seperti tadi kami sampaikan kondisi global tahun 2026 masih tetap dengan volatilitas yang tinggi dan risiko arus modal ke luar negeri masih besar,” ucap Perry.
Baca juga: Redenominasi Rupiah Belum akan Diterapkan, Ini Penjelasan Menkeu Purbaya dan BI
Meski demikian, BI terus berkomitmen melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan intervensi di pasar off-shore melalui Non-deliverable Forward (NDF) dan intervensi di pasar domestik melalui pasar spot, Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), serta pembelian SBN di pasar sekunder.
“Tentu saja itu (intervensi) berpengaruh memang pada cadangan devisa sehingga yang ke depannya adalah seperti itu,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama









