Indonesia Kita Ajak Masyarakat Kenang Jasa Jenderal Hoegeng Lewat Pentas “Pasien No. 1”

Indonesia Kita Ajak Masyarakat Kenang Jasa Jenderal Hoegeng Lewat Pentas “Pasien No. 1”

Poin Penting

  • Pementasan “Pasien No. 1” karya Agus Noor oleh kelompok teater Indonesia Kita menghadirkan kritik tajam terhadap kondisi penegakan hukum Indonesia yang digambarkan bak rumah sakit penuh “pasien” berebut layanan karena uang pelicin.
  • Pertunjukan ini didedikasikan untuk mengenang integritas Jenderal Hoegeng Iman Santosa, simbol kejujuran dan moralitas yang dijadikan ruh utama dalam lakon.
  • Melalui gaya satire dan humor, “Pasien No. 1” mengajak penonton—terutama aparat hukum—merenungi pentingnya merawat keadilan dan etika, bukan memperdagangkannya.

Jakarta – Dalam situasi sosial politik yang kian riuh dan penuh ironi, kelompok teater Indonesia Kita kembali hadir dengan lakon terbarunya berjudul “Pasien No. 1”.

Pertunjukan ke-44 ini akan digelar di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada 31 Oktober dan 1 November 2025, menghadirkan satire tajam tentang kondisi penegakan hukum di Tanah Air—yang digambarkan bak rumah sakit penuh pasien berebut prioritas layanan.

Naskah garapan Agus Noor, yang juga bertindak sebagai sutradara, mengajak penonton untuk merenungi kemerosotan etika dan moralitas dalam sistem hukum Indonesia.

Lewat metafora rumah sakit yang melayani pasien berdasarkan “uang pelicin”, lakon ini menyingkap wajah getir praktik suap dan kepentingan dalam penegakan keadilan.

“Semakin banyak orang sakit, semakin besar peluang keuntungan bagi rumah sakit. Ini simbol dari bagaimana hukum kita sering kali memperlakukan masalah bukan untuk disembuhkan, tapi dimanfaatkan,” ujar Agus Noor dikutip 23 Oktober 2025.

Pemain Bintang

Deretan pemain papan atas Indonesia Kita—Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Marwoto, Akbar, Inaya Wahid, Sruti Respati, hingga Olla Simatupang—siap menghidupkan karakter-karakter simbolik yang memadukan satire, humor, dan kritik sosial yang tajam.

Namun yang membuat “Pasien No. 1” istimewa, adalah dedikasinya untuk mengenang sosok Jenderal Hoegeng Iman Santosa (1921–2004)—mantan Kapolri yang dikenal berintegritas, jujur, dan teguh menegakkan hukum.

“Butet Kartaredjasa” bahkan secara khusus menyambangi Meriyati Hoegeng, istri almarhum Jenderal Hoegeng, di Depok untuk meminta restu atas pementasan ini.

“Atas nama etika, saya datang langsung ke Ibu Hoegeng untuk mohon izin. Watak dan pemikiran Pak Hoegeng tentang kejujuran dan keberanian menjadi jiwa dalam pertunjukan ini,” tutur Butet.

Bagi Butet, sosok Hoegeng bukan sekadar legenda polisi teladan, melainkan simbol moral yang kini kian langka di tengah praktik penegakan hukum yang sering kali melenceng dari cita-cita reformasi. Karena itu, Indonesia Kita berencana mengundang Kapolri dan jajaran kepolisian aktif untuk turut menyaksikan pementasan ini.

“Semoga pesan keteladanan Pak Hoegeng sampai ke mereka yang kini memegang tongkat hukum. Karena hukum itu seharusnya dirawat, bukan diperdagangkan,” pungkas Butet.

Dengan gaya jenaka khas Indonesia Kita, “Pasien No. 1” bukan sekadar tontonan, tapi juga seruan moral: bahwa hukum dan keadilan di negeri ini mungkin sedang sakit—dan kita semua adalah pasiennya. (*)

Related Posts

News Update

Netizen +62