Fokus Perkuat Bisnis Hijau, TOBA Kantongi Pendapatan USD288,2 Juta per September 2025

Fokus Perkuat Bisnis Hijau, TOBA Kantongi Pendapatan USD288,2 Juta per September 2025

Poin Penting

  • TOBA membukukan pendapatan USD288,2 juta hingga September 2025, dengan 39% kontribusi dari segmen bisnis hijau.
  • Pendapatan segmen pengelolaan limbah melonjak 1.048% yoy, didukung divestasi PLTU dan ekspansi ke energi bersih.
  • Posisi kas naik 31% menjadi USD89 juta, menopang ekspansi ke bisnis hijau, kendaraan listrik, dan energi terbarukan.

Jakarta – Portofolio bisnis hijau PT TBS Energi Utama Tbk (TBS) menunjukkan pertumbuhan solid pada kuartal III 2025. Pendapatan emiten berkode saham TOBA itu kini didominasi segmen pengelolaan limbah. Kontribusi segmen hijau ini sekitar 39 persen terhadap total pendapatan TOBA.

Secara konsolidasi, hingga September 2025, TOBA membukukan pendapatan sebesar USD288,2 juta, terkontraksi 14 persen secara tahunan, di tengah koreksi harga batu bara global.

Meski total pendapatan menurun, segmen bisnis hijau justru mencatat lonjakan signifikan. Segmen pengelolaan limbah, misalnya, tumbuh 1.048 persen year-on-year (yoy). Peningkatan ini sejalan dengan transformasi portofolio menuju bisnis hijau yang telah dilakukan TOBA.

Sebelumnya, perseroan telah menuntaskan divestasi dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi.

Baca juga: TBS Energi Utama (TOBA) Catat Penurunan Pendapatan 31 Persen, Ini Penyebabnya

Perubahan struktur pendapatan tersebut menandai pergeseran fundamental TOBA, dari perusahaan yang bergantung pada komoditas batu bara menjadi emiten dengan portofolio energi bersih dan berkelanjutan.

Kendaraan Listrik dan Energi Terbarukan Jadi Penopang Baru

Selain pengeloaan limbah, pertumbuhan solid juga terlihat pada segmen kendaraan listrik dan energi terbarukan. Hal ini menegaskan bahwa lini bisnis hijau TBS mulai memberikan kontribusi yang nyata terhadap kinerja perusahaan.

Performa keuangan TOBA juga dipengaruhi oleh rugi non-tunai bersifat satu kali (non-recurring) dari transaksi divestasi PLTU serta biaya akuisisi bisnis hijau. Tanpa memperhitungkan dampak aksi korporasi itu dan dan tekanan harga komoditas, TBS mencatat keuntungan sekitar USD1,8 juta dengan Adjusted EBITDA sebesar USD31,8 juta.

Jika dirinci dari sisi neraca, TBS menutup kuartal III2025 dengan posisi kas sebesar USD89 juta, naik 31 persen dibandingkan akhir 2024. Kenaikan ini ditopang hasil divestasi serta penerbitan Sukuk Wakalah dan Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2025.

Baca juga: Bukit Asam (PTBA) Tunda Akuisisi PLTU PLN di Pelabuhan Ratu, Ini Alasannya

Struktur keuangan perseroan tetap sehat untuk mendukung ekspansi ke bisnis hijau.
Di luar itu, TOBA mencatatkan pencapaian penting pada paruh kedua 2025, yakni peluncuran identitas baru CORA Environment, menggantikan Sembcorp Environment di Singapura. Melalui CORA, perseroan memperluas kapabilitas waste-to-energy di kawasan regional dan mempercepat transfer teknologi pengelolaan limbah ke Indonesia.

CORA juga menyiapkan investasi sebesar USD200 juta dalam lima tahun ke depan, untuk memperkuat jaringan pengelolaan limbah, termasuk pembangunan infrastruktur daur ulang (recycling) yang ditargetkan rampung pada 2026.

Bisnis Kendaraan Listrik dan PLTMH Berkontribusi Positif

Sementara, pilar bisnis kendaraan listrik, melalui anak usaha Electrum juga tumbuh. Hingga September 2025, lebih dari 6.400 motor listrik telah beroperasi dengan dukungan 360 stasiun penukaran baterai (Battery Swap Station/BSS), naik 25 persen dari semester sebelumnya.

Lalu, di sektor energi terbarukan, Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH) Sumber Jaya berkapasitas 6 MW yang mulai beroperasi awal tahun ini memberikan kontribusi terhadap portofolio energi bersih TBS. sedangkan proyek PLTS Terapung Tembesi di Batam bersama PLN Nusantara Power ditargetkan mencapai tahap operasi komersial (COD) pada pertengahan 2026.

Baca juga: Listrik Hijau Tanpa Kedip PLN Sukseskan FI Powerboat 2024 Danau Toba

Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina menegaskan, 2025 adalah tahun penguatan fundamental bagi TBS setelah melewati fase awal transformasi. Setelah menuntaskan fase transformasi, perseroan fokus memperkuat operasional di seluruh pilar hijau.

“Dengan kas yang kuat, struktur keuangan yang sehat, dan arah strategi yang jelas, TBS siap melangkah ke fase optimalisasi profitabilitas dan sinergi antar pilar pada 2026,” kata Juli dalam keterangan resmi, Selasa, 28 Oktober 2025.

Perseroan juga bisa menjaga ketahanan kinerja di tengah volatilitas harga batu bara global.

“EBITDA kami tetap kuat berkat kontribusi dari pengelolaan limbah dan kendaraan listrik. Ini menunjukkan bahwa portofolio hijau TBS bukan hanya tumbuh, tetapi juga semakin matang secara operasional,” pungkasnya. (*) Ari Astriawan

Related Posts

News Update

Netizen +62