Poin Penting
- IHSG berpotensi lanjut menguat di rentang 8.150–8.170, melanjutkan rebound setelah ditutup naik 2,19 persen ke level 8.088,98 pada 20 Oktober 2025.
- Sentimen domestik positif datang dari kebijakan pemerintah yang menambah BLT senilai Rp30 triliun untuk 35 juta keluarga penerima manfaat.
- Data ekonomi Tiongkok campuran: pertumbuhan GDP kuartal III 2025 melambat ke 4,8 persen yoy, sementara produksi industri melonjak ke 6,5 persen yoy dan penjualan ritel turun ke 3 persen yoy.
Jakarta – Phintraco Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (21/10) secara teknikal berpotensi masih akan melanjutkan penguatannya di rentang 8.150-8.170.
“Diperkirakan rebound IHSG akan berlanjut dan menguji level 8.150-8.170, jika mampu bertahan di atas MA20 dengan volume,” tulis Research Team Phintraco Sekuritas dalam risetnya di Jakarta, 21 Oktober 2025.
Diketahui, IHSG pada perdagangan kemarin berhasil ditutup menguat pada level 8.088,98 atau melesat 2,19 persen. Penguatan IHSG tersebut ditopang saham sektor keuangan yang membukukan kenaikan terbesar, yang didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga.
Baca juga: Saham Big Banks Kompak Menghijau di Tengah Penguatan IHSG, Begini Rinciannya
Katalis Pendorong IHSG
Ada sejumlah sentimen positif yang bakal mendorong pergerakan IHSG hari ini. Dari dalam negeri, pemerintah menambah Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk 35 juta lebih keluarga penerima manfaat dengan anggaran Rp30 triliun. Anggaran tersebut berasal dari efisiensi yang dilakukan pemerintah sejak awal 2025.
BLT ini disalurkan untuk periode Oktober-Desember 2025 dan diharapkan dapat mendorong kenaikan daya beli masyarakat.
Sementara dari global, GDP Tiongkok pada kuartal III 2025 tumbuh 4,8 persen year on year (yoy), turun dari 5,2 persen yoy di kuartal II 2025. Ini level terendah sejak kuartal III 2024, namun sesuai dengan perkiraan (20/10).
Baca juga: Harga Saham BBCA Lompat 5 Persen Usai Rilis Kinerja Keuangan Kuartal III 2025
Untuk data industrial production September 2025 berakselerasi sebesar 6,5 persen yoy dari 5,2 persen yoy di Agustus 2025, serta di atas estimasi 5,0 persen yoy. Ini merupakan level tercepat sejak Juni yang didorong oleh aktivitas manufaktur yang mengalami kenaikan.
Namun, untuk pertumbuhan penjualan ritel September 2025 melambat menjadi 3 persen yoy dari 3,4 persen yoy di Agustus 2025, serta merupakan pertumbuhan paling kecil sejak Agustus 2024. (*)
Editor: Galih Pratama










