Poin Penting
- Vanguard Group melirik saham DADA karena strategi free float tinggi membuat sahamnya likuid dan menarik bagi investor institusi besar.
- Saham DADA berpotensi naik ke Rp230.000/lembar dengan dukungan fundamental kuat dan rencana pembagian dividen pada 10 Oktober 2025.
- Aset properti strategis dan insentif pemerintah menjadikan DADA sebagai saham properti unggulan dengan prospek valuasi besar di Asia.
Jakarta – Raksasa investasi global, Vanguard Group mulai melirik saham PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA). Hal ini seiring dengan kenaikan harga saham perusahaan yang menanjak hingga Rp230.000 per lembar, dengan kapitalisasi pasar (market cap) mencapai USD 100 miliar.
Analis Pasar Modal Rendy Yefta mengungkapkan bahwa di kalangan investor beredar desas-desus bahwa Vanguard Group–pengelola dana raksasa dengan portofolio setara 50 kali APBN Indonesia–sudah lama tertarik dengan DADA.
Menurutnya, kunci ketertarikan ini adalah langkah strategis pengendali saham DADA yang menurunkan porsi kepemilikan mereka membuka ruang lebih besar untuk free float.
Artinya, saham DADA kini lebih banyak tersedia untuk publik dan institusi, menciptakan pasar yang ramai dan likuid–situasi ideal bagi Vanguard.
“Inilah skema yang disukai Vanguard yakni free float besar, transaksi ramai, dan likuiditas tinggi,” ujar Rendy di Jakarta, dikutip Sabtu, 4 Oktober 2025.
Baca juga: Meski 403 Saham Merah, IHSG Ditutup Menguat 0,59 Persen ke 8.118 Sambut Akhir Pekan
Rendy menambahkan, bagi pemegang saham DADA, disarankan untuk tidak terpengaruh oleh gejolak atau pergerakan saham harian, dan lebih baik memilih strategi hold (pegang erat).
Sementara itu, bagi yang belum memiliki saham DADA, saat ini bisa menjadi momentum tepat untuk mulai mengoleksinya sebelum saham ini benar-benar menjadi incaran investor global.
“Pasalnya, target saham DADA menuju Rp230 ribu bukan hal mustahil, tapi butuh keyakinan, kesabaran, dan keteguhan hati,” bebernya.
Rendy juga menambahkan, bagi masyarakat awam, DADA bukanlah saham biasa. Saham ini adalah tiket masuk ke kawasan segitiga emas Jakarta. Oleh karena itu, strategi terbaik bagi yang telah memegang saham ini adalah hold untuk jangka panjang.
Apalagi, DADA akan membagikan dividen pada 10 Oktober 2025. Dengan begitu, perdagangan saham akan kembali normal dan keluar dari pemantauan khusus atau skema full call auction (FCA).
Kenapa DADA Menjadi Target Tepat?
Pertama, akses ke aset properti premium. Melalui DADA, investor asing bisa masuk ke lahan komersial Jakarta CBD (Sudirman–Thamrin–Segitiga Emas) yang nilainya masih sangat undervalue dibandingkan dua kota di Jepang, Tokyo atau Osaka.
Kedua, dukungan Pemerintah Indonesia. Dengan adanya insentif pajak, pembebasan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), dan penggelontoran dana ratusan triliun untuk sektor riil, properti Indonesia sedang berada di momentum emas.
Baca juga: Pergerakan Saham Bank Pelat Merah usai Transisi Kementerian BUMN Berubah Jadi BP BUMN
Ketiga, potensi lonjakan valuasi. Jika rumor akuisisi ini benar, target minimal harga Rp230.000 per lembar saham bisa terwujud.
Kapitalisasi pasarnya bisa menembus USD 100 miliar, dibagi 7,4 miliar lembar saham sehingga valuasinya USD13,5 per lembar. Hal ini menjadikan Diamond Citra Propertindo (DADA) menjadi salah satu perusahaan properti paling berharga di Asia. (*)
Editor: Yulian Saputra










