Poin Penting
- Infobank Digital bersama Tugu Insurance gelar literasi keuangan di Universitas Indonesia (UI) untuk tingkatkan kesadaran finansial generasi muda.
- Presiden Direktur Tugu Insurance tekankan pentingnya manajemen risiko dan peran asuransi dalam meminimalisir kerugian.
- Financial Planner ingatkan mahasiswa agar kelola keuangan dengan fondasi kuat, investasi tepat, dan proteksi melalui asuransi.
Jakarta - Di tengah maraknya fenomena FOMO (Fear of Missing Out/takut ketinggalan), YOLO (You Only Live Once/hidup sekali), dan FOPO (Fear of Other People’s Opinions/takut terhadap pendapat orang lain), generasi muda diimbau untuk semakin sadar akan pentingnya pengelolaan keuangan sebagai bekal masa depan.
Berangkat dari kondisi tersebut, Infobank Digital yang merupakan bagian dari Infobank Media Group bersama PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) menggelar acara Infobank Financial Literacy Roadshow with Tugu Insurance bertajuk “Bijak Kelola Keuangan, Tenang di Masa Depan, di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Rabu, 1 Oktober 2025.
Event tersebut menghadirkan pembicara Presiden Direktur Tugu Insurance Adi Pramana dan Financial Planner Fennicia Auliantika. Turut hadir dalam talkshow tersebut Manager Keuangan FIB UI, Dr. Dwi Puspitorini, M.Hum dan Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan ILUNI FIB UI, Vicky Rachman.
Dalam sharing session, Presiden Direktur Tugu Insurance Adi Pramana menekankan pentingnya mengelola risiko keuangan yang bisa terjadi kapan saja dalam hidup.
“Jadi teman-teman, dalam hidup akan selalu ada risiko. Kita rendah, kita tinggi selalu ada risiko yang kita tidak pernah tahu,” ujar Adi, di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Indonesia, yang terdiri dari FIB UI, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI), dan beberapa fakultas lainnya.
Risiko inilah yang coba dibagikan kepada para mahasiswa melalui kisah penuh makna yang dialami sahabat karibnya saat membuka usaha kuliner.
“Saya pernah ada di satu masa menemani teman membuka usaha kuliner. Usaha kuliner yang dinilai prospektif tapi ternyata sulit karena persaingan fisik dan non-fisik,” ujarnya.
Baca juga: Bos Tugu Insurance Edukasi Mahasiswa UI soal Manajemen Risiko dan Asuransi
Diceritakannya, pada masa sulit usaha kuliner yang dijalankan itu berimbas pada penurunan omzet penjualan. Pun begitu dengan anjloknya porsi pesanan per hari.
“Padahal biasanya bisa jual 20-40 porsi sehari, 5 porsi saja begitu sulit. Di masa itu, sampai buat bayar sewa bulanan saja sulit,” kenangnya.
Hingga akhirnya, diputuskan untuk berjualan secara daring dari rumah untuk menyiasati harga sewa bangunan akibat anjloknya omzet penjualan.
“Tapi ya saya temani, saya banyak kasih improvement dan diskusi dan Alhamdulilah saat ini sudah punya dua kios di salah satu pasar yang cukup besar. Dan kios itu sehari bisa produksi 100 porsi,” jelasnya.
Dalam perjalanan usaha kulinernya, kata Adi, risiko pun muncul. Kios usaha tersebut yang di dalamnya berisi peralatan seperti freezer, kompor dan segala macam hangus dilalap si jago merah.
“Itu terbakar, rusak dan dia harus ganti semua dengan kerugian sekitar belasan juta. Beruntung barang-barang tersebut memiliki asuransi. Asuransinya 10 juta,” bebernya.
Baca juga: Tugu Insurance Bekali Pelajar dengan Ilmu Pengelolaan Keuangan
Dari cerita tersebut, dirinya menekankan pentingnya mengidentifikasi risiko-risiko yang terjadi di kehidupan, baik saat tengah berada di bawah atau di atas.
“Kita punya risiko karena kebakaran, bencana alam, kecelakaan dan sebagainya. Nah, semua itu bagian dari namanya manajemen risiko,” sebutnya.
Adi menyebut, terdapat berbagai opsi risiko yang mencakup bersifat dihindari (avoid), dikurangi (reduce) dan diterima (accept). Artinya kata dia, apabila seseorang menggunakan layanan pinjaman daring (pindar) bisa diterima lantaran pinjamannya kecil. Namun, bila pinjamannya besar harus dihindari.
“Dan untuk risiko-risiko yang sangat besar, itu yang kita lakukan secra transfer. Transfer inilah yang salah satunya melalui metode asuransi,” bebernya.
Menurut Adi, asuransi ini lah yang pada akhirnya bisa mempercepat recovery apabila terjadi risiko seperti kebakaran dan lain sebagainya.









