Mendorong Ekosistem Perbankan Indonesia Timur yang Berkelanjutan

Mendorong Ekosistem Perbankan Indonesia Timur yang Berkelanjutan

Poin Penting

  • Kredit perbankan di 13 provinsi Indonesia Timur (kecuali 4 provinsi baru di Papua) tembus Rp658,79 triliun per Juni 2025, tumbuh 29,01 persen yoy
  • Ekspansi perbankan didorong digitalisasi, Agen Laku Pandai, KUR, QRIS, dan BI-Fast, namun masih terkonsentrasi di kota besar
  • OJK bersama bank seperti CIMB Niaga gencar meningkatkan literasi dan inklusi keuangan lewat program GENCARKAN, KEJAR, hingga inisiatif komunitas.

Jakarta – Geliat perbankan di Indonesia Timur makin terasa. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2025 menunjukkan, kredit dari 13 provinsi setempat, kecuali Papua Selatan, Papua Barat Daya, Papua Pegunungan, dan Papua Tengah, sudah mencapai Rp658,79 triliun.

Angka tersebut tumbuh 29,01 persen secara year on year (yoy) dari Juni 2024, yakni sebesar Rp510,34 triliun. Lebih dari itu, pertumbuhan kredit ini jauh melebihi angka nasional, yang sebesar 7,77 persen (yoy).

Sementara, himpunan dana pihak ketiga (DPK) di wilayah yang sama mengalami pertumbuhan 5,46 persen (yoy), dari Rp587,87 triliun menjadi Rp619,96 triliun.

Etika Karyani Suwondo, Research Director for Financial Services, Digital Economy and Sharia Economy Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, mengapresiasi peran regulator dan pelaku industri dalam memperluas jangkauan akses perbankan ke wilayah tersebut.

“Regulator dan bank memang telah memperluas akses perbankan via digitalisasi, Agen Laku Pandai, serta program KUR,” ujar Etika kepada Infobanknews, dikutip Jumat, 26 September 2025.

Teknologi macam Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan BI-Fast, serta program penjaminan kredit, menjadi kunci kesuksesan di balik perluasan ini. Kehadirannya mempermudah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Hal tersebut juga diharapkan menjadi titik awal ekosistem perbankan yang berkesinambungan. Namun begitu, Etika melihat kalau konsentrasinya masih terpusat di kota-kota besar. Ia berharap, perbankan mulai berani merambah ke kota-kota tier II ke bawah.

“Tantangannya adalah bagaimana kebijakan inklusi ini tidak berhenti pada angka kepemilikan rekening, tapi benar-benar mendorong pembiayaan produktif di desa dan pesisir,” lanjut Etika.

Menurut Etika, minimnya infrastruktur jaringan, keterbatasan data kredit alternatif, dan lemahnya perlindungan konsumen, adalah 3 tantangan yang perlu dibenahi jika ekosistem perbankan di Indonesia Timur ingin semakin cepat berkembang.

Baca juga: Tiga Faktor Utama Dorong Trend Digital Banking di Asia Tenggara

Peran Literasi dan Inklusi

Tak lupa juga, peran literasi dan inklusi dari pelaku industri dan regulator, menjadi krusial untuk mendorong lanskap perbankan yang berkelanjutan. Terlebih, berdasarkan data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022, Indonesia Barat memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang lebih tinggi dibanding Indonesia Timur.

Spesifiknya, rata-rata literasi dan inklusi keuangan di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan, mencapai 49,99 persen dan 86,25 persen. Sementara, di Indonesia Timur, persentase literasi dan inklusinya masing-masing sebesar 49,13 persen dan 83,12 persen.

Regulator pun semakin serius mengajak pelaku keuangan seperti perbankan dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di sana. Beragam program dicanangkan supaya industri keuangan Indonesia Timur semakin berkembang.

OJK sendiri meluncurkan beberapa program, seperti Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN) dan Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR), yang diharapkan mampu memeratakan literasi maupun inklusi keuangan Tanah Air.

Dan pada Februari 2025 lalu, Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, juga turut mengajak pelaku keuangan untuk mendorong perkembangan ekosistem finansial di Indonesia Timur.

“OJK sebagai regulator hanya bisa mendorong, tapi kemudian yang akan maju melakukan eksekusi adalah Bapak-Ibu. Jadi kita mendorong Bapak-Ibu untuk lebih menggencarkan program pendampingan UMKM,” tegas wanita yang akrab disapa Kiki ini.

Baca juga: CIMB Niaga Dukung Pengembangan Industri BPR

Bukti Nyata Pelaku Keuangan

Program OJK tersebut mendapat sambutan baik dan banyak diimplementasikan bank-bank dalam negeri. PT Bank CIMB Niaga (CIMB Niaga) misalnya, memiliki program turunan tersendiri untuk memajukan ekosistem keuangan yang sustainable di Indonesia Timur.

Ahmad S. Ilham, Head of Region Indonesia Timur dan Bali Nusra CIMB Niaga, percaya bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan komunitas merupakan salah satu kunci utama dalam mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan.

“Dengan pendekatan berbasis komunitas, pemanfaatan teknologi digital, serta kolaborasi multipihak, CIMB Niaga optimis bahwa kesenjangan literasi dan inklusi keuangan dapat dikurangi secara bertahap,” katanya kepada Infobanknews.

Beberapa agenda macam Ayo Menabung dan Berbagi (AMDB), Tour de Bank (TDB), sampai Program Be$MART untuk mahasiswa, menjadi program unggulan bank dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan.

Ada juga program Community Link #JadiBerkelanjutan. Melalui agenda ini, CIMB Niaga memberdayakan UMKM di wilayah Indonesia Timur. Adapun fokus utamanya yakni UMKM yang dijalankan oleh perempuan dan penyandang disabilitas.

“Program-program tersebut telah menjangkau wilayah Indonesia Timur dan dirancang untuk memperkuat pemahaman masyarakat terhadap manfaat layanan keuangan formal, serta mendorong perilaku finansial yang sehat dan berkelanjutan,” imbuhnya.

Hal ini berimbas positif terhadap kinerja CIMB Niaga di Indonesia Timur. Ilham menyebut, DPK mengalami pertumbuhan double digit. Sementara, kredit juga tumbuh, ditopang dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan layanan Emerging Business Banking (EBB) untuk UKM.

Ke depan, Ilham menegaskan komitmen CIMB Niaga untuk menumbuhkembangkan ekosistem perbankan di Indonesia Timur. Selain dengan pengembangan literasi dan inklusi, optimalisasi layanan fisik dan layanan digital, menjadi kunci dari kemajuan lanskap industri finansial di sana.

Tak lupa juga, ia menekankan pentingnya kolaborasi dari seluruh stakeholders, guna menghasilkan pertumbuhan ekosistem yang maksimal, dan membawa manfaat bagi perekonomian Tanah Air.

“Kami percaya bahwa dengan dukungan kebijakan yang tepat, kolaborasi multipihak, dan pemanfaatan teknologi, Indonesia Timur dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang tangguh dan berdaya saing,” tutupnya.

Program yang digerakkan regulator dan pelaku perbankan seperti CIMB Niaga bukan hanya tentang angka kredit dan tabungan. Ke depan, diharapkan inisiatif ini bisa memastikan pertumbuhan yang benar-benar merata, inklusif, dan berkelanjutan. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Related Posts

News Update

Netizen +62