Poin Penting
- Rupiah melemah ke Rp16.749/USD, dipicu ketidakpastian kebijakan pemerintah yang belum menunjukkan hasil konkret.
- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi sorotan karena dianggap tidak efektif dan menurunkan persepsi pasar.
- Kinerja APBN yang buruk, defisit melebar, dan serapan belanja rendah membuat investor asing menarik dana ke negara lain.
Jakarta – Rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Kamis, 25 September 2025, di level Rp16.749 per dolar AS atau melemah 0,39 persen.
Ekonom Senior, Ryan Kiryanto mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi secara terus-menerus hingga menembus level Rp16.700 per dolar AS disebabkan oleh sejumlah kebijakan maupun program pemerintah yang belum menunjukkan hasil nyata.
“Mungkin pelaku pasar belum nyaman. Belum nyaman dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah karena memang belum melihat hasilnya,” kata Ryan kepada Infobanknews, Kamis, 25 September 2025.
Baca juga: Rupiah Hari Ini Dibuka Melemah di Level Rp16.726 per Dolar AS
Ryan menyebutkan salah satu contoh adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini menuai polemik. Terdapat pro dan kontra terkait kelanjutan program ini, terlebih setelah muncul beberapa kasus keracunan makanan di kalangan siswa.
“Nah ini kan persepsi pasar itu menjadi negatif karena dianggap program pemerintah yang satu ini itu dianggak kurang efektif, sementara sudah menyerap anggaran,” jelasnya.
Selain itu, Ryan menyoroti kinerja APBN, terutama dari sisi pendapatan negara yang belum mencapai target, potensi defisit yang melebar hingga akhir tahun, serta serapan belanja negara yang rendah. Kondisi ini membuat pelaku pasar memilih memindahkan dananya ke negara lain.
“Defisitnya lebar, serapan belanjanya juga rendah itu kan seluruh dunia mengetahuinya. Akibatnya mereka dengan cara dan logika berpikirnya sendiri, dengan hukumnya sendiri lebih nyaman pindah ke Singapura, Tokyo, Hongkong,” tandasnya.
Baca juga: Siap-siap! Ada Pengumuman Penting dari BTN pada 18 November 2025
Sebagai solusi, Ryan menyarankan agar pemerintah segera memperkuat fundamental perekonomian nasional untuk memulihkan kepercayaan pasar dan mengembalikan “otot” rupiah. (*)
Editor: Yulian Saputra









