Jakarta – PT Bank BCA Syariah (BCA Syariah) menegaskan komitmennya dalam menjaga kualitas pembiayaan, khususnya dengan menekan rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) di tengah tantangan eksternal seperti kondisi makroekonomi dan dinamika sektor industri.
Direktur BCA Syariah, Ina Widjaja menjelaskan bahwa NPF dapat dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi ekonomi makro, pengelolaan internal, hingga karakteristik industri tertentu. Oleh karena itu, menurutnya, penting bagi perbankan untuk tidak hanya fokus pada pencegahan, tetapi juga memastikan penyelesaian NPF dilakukan secepat mungkin.
“NPF itu pasti akan selalu ada. Yang penting adalah bagaimana kita bisa menyelesaikannya dengan cepat dan menjaga agar tidak berdampak lebih luas,” ujar Ina, di Jakarta, Rabu, 6 Agustus 2025
Ina menambahkan, BCA Syariah memiliki platform internal sendiri dalam menjaga NPF agar tetap terkendali, tidak hanya berpatokan pada ketentuan regulator.
Upaya menjaga kualitas pembiayaan dilakukan sejak awal, mulai dari proses seleksi dan analisis nasabah, pemantauan berkelanjutan, hingga penguatan hubungan dengan nasabah.
Strategi Pembiayaan BCA Syariah
Lebih lanjut, Ina juga menyoroti strategi pembiayaan BCA Syariah ke depan. Ia menuturkan, BCA Syariah membagi pembiayaan ke dalam tiga kategori utama, yakni konsumer, UMKM (SME), dan komersial.
Untuk segmen komersial, bank mengklasifikasikan nasabah dengan total pembiayaan di atas Rp20 miliar.
“Secara nilai, segmen komersial memang cukup signifikan. Tapi tantangannya sama seperti konsumer dan UMKM. Prinsip dasarnya tetap mengacu pada 5C, yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition,” jelasnya.
Baca juga: Bos BCA Syariah Ungkap 30 Persen Rekening Bersaldo Rp0
Ina menekankan bahwa BCA Syariah tidak membatasi pembiayaan hanya pada sektor tertentu.
Selama sektor usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah, bank tetap terbuka menyalurkan pembiayaan, meskipun sektor tersebut secara umum sedang tertekan.
“Dalam kondisi industri yang kurang baik pun, kami percaya masih ada nasabah yang sehat dan layak dibiayai,” kata Ina.
Terkait dengan kinerja keuangan, BCA Syariah masih memegang target pembiayaan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) di kisaran 8–10 persen hingga akhir tahun.
Pihak BCA Syariah optimistis pertumbuhan bisa melampaui target tersebut karena belum ada revisi terhadap RBB.
Sebagai informasi, pada semester pertama 2025, BCA Syariah mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 18,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp11,3 triliun.
Dari jumlah tersebut, segmen pembiayaan komersial mendominasi dengan kontribusi sebesar 76,7 persen atau Rp8,6 triliun, tumbuh 13,2 persen yoy.
Selanjutnya, segmen konsumer menyumbang 15,3 persen dari total pembiayaan dengan nilai Rp1,73 triliun, tumbuh signifikan sebesar 56,1 persen.
Baca juga: Laba BCA Syariah Rp100 Miliar di Semester I 2025, Tumbuh 12 Persen
Adapun segmen UMKM berkontribusi sebesar 8,0 persen atau Rp900 miliar, naik 23,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Di sisi kualitas pembiayaan, rasio Non-Performing Financing (NPF) gross tercatat sebesar 1,75 persen per Juni 2025, meningkat dibandingkan posisi Juni 2024 yang sebesar 1,36 persen. (*) Ayu Utami










