Jakarta – Kepala Riset Koneksi Capital Alfred Nainggolan meminta Bank Indonesia (BI) segera melakukan intervensi pasar. Hal itu guna meredam pelemahan nilai rupiah terhadap USD yang sepanjang hari ini sudah tertekan sangat dalam.
Menurut Alfred, pelemahan rupiah yang sangat dalam ke posisi Rp13.800 per USD sudah terlalu tinggi, dan pastinya sudah keluar dari sisi fundamentalnya.
“Pelemahan ini tergolong cukup besar, harus ada tindakan Bank Indonesia, karena stabilitas rupiah adalah kunci kepercayaan pasar terhadap Indonesia,” kata Alfred, di BEI Jakarta, Jumat, 11 November 2016.
Selain itu, nilai mata uang rupiah yang berada di atas Rp13.800 per USD tidak mencerminkan kondisi ekonomi dalam negeri yang saat ini sudah berjalan baik. Apalagi pemerintah telah menyebut, bahwa belanja pemerintah hingga akhir tahun ini bisa mencapai di atas 95%.
“Ekonomi kita cukup baik, tetapi pasar khawatir perkembangan kebijakan Donald Trump yang cenderung mendorong inflasi (di AS). Artinya, inflasi naik yield (obligasi AS) naik, maka wajar jika dana asing keluar dari negara berkembang,” ungkap Alfred.
Lanjut Alfred, jika rupiah tidak mengalami penurunan kembali ke posisi awal. Maka akan memberikan dampak yang negatif bagi tingkat Rupiah untuk ke depannya. Karenanya, BI perlu lakukan intervensi pasar.
Mengutip data Bloomberg, pada saat ini gerak rupiah berada di posisi Rp13.358 per USD. Angka itu sudah mengalami penurunan, bila dibanding posisi yang sebelumnya sempat berada di posisi Rp13.800 an per USD. Sedangkan berdasarkan data YahooFinance, nilai mata uang rupiah bertengger di posisi Rp13.308 per USD. (*) Dwitya Putra