Ma’ruf Amin: Produk Halal RI Kuasai 80 Persen Pasar Ekspor Global

Ma’ruf Amin: Produk Halal RI Kuasai 80 Persen Pasar Ekspor Global

Jakarta – Wakil Presiden RI ke-13, KH. Ma’ruf Amin, menegaskan fondasi ekonomi syariah Indonesia semakin kokoh meski tekanan geopolitik global dan perlambatan perdagangan internasional masih membayangi.

Ia mengungkapkan bahwa sektor halal Indonesia tumbuh 9,16 persen secara tahunan pada Januari 2025 atau lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan global.

“Pertumbuhan sektor halal Indonesia tetap kuat meski dunia sedang tidak baik-baik saja,” ujar Ma’ruf Amin, dalam diskusi “Perkembangan dan Tantangan Ekonomi Syariah Indonesia” bersama Center for Sharia Economic Development (CSED), seperti dikutip, Selasa, 15 Juli 2025.

Ia menjelaskan, produk halal Indonesia mendominasi pasar internasional dengan kontribusi lebih dari 80 persen ekspor, didorong terutama oleh produk makanan dan minuman. Produk farmasi, tekstil, dan kosmetik juga menunjukkan tren peningkatan daya saing di pasar global.

Ma’ruf Amin juga menyoroti peran Halal Value Chain (HVC) yang kini menopang 25,44 persen Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Sektor keuangan syariah turut mencatat kinerja positif: total aset keuangan syariah nasional per Maret 2025 mencapai Rp9.529,2 triliun, tumbuh 5,3 persen secara tahunan — melampaui pertumbuhan total aset keuangan nasional yang hanya 3,6 persen.

Baca juga: BSI dan UI Sinergi Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah ke Mahasiswa Asing

Pasar modal syariah masih menjadi tulang punggung dengan pangsa pasar 37,6 persen, sedangkan perbankan syariah dan industri keuangan non-bank (IKNB) syariah menyusul dengan kontribusi masing-masing 7,42 persen dan 11,8 persen.

“Pasar modal syariah tidak hanya alternatif pembiayaan, tapi juga jadi bukti semakin tingginya kepercayaan investor pada prinsip risk-sharing,” tambahnya.

Zakat dan Wakaf Jadi Pilar Sosial Ekonomi

Selain sektor bisnis dan keuangan, Ma’ruf Amin menekankan pentingnya memperkuat keuangan sosial syariah. Sepanjang 2024, akumulasi dana zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya (ZIS-DSKL) mencapai Rp40,5 triliun atau tumbuh 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Manfaatnya menjangkau lebih dari 119 juta penerima.

Sektor wakaf juga menunjukkan geliat positif dengan total aset wakaf uang mencapai Rp3,02 triliun. Salah satu instrumen andalan adalah Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) yang menyumbang Rp1,16 triliun atau 38,4 persen dari total wakaf uang nasional.

“CWLS menjadi motor penggerak wakaf produktif. Ini bukti wakaf bisa jadi instrumen keuangan berkelanjutan,” katanya.

Tantangan: Literasi, Inklusi, dan Lahan Tidur

Meski perkembangan pesat, tantangan masih membayangi. Tingkat literasi keuangan syariah nasional sudah mencapai 43,42 persen, tetapi tingkat inklusi belum bergerak dari 13,41 persen.

“Zakat bukan hanya ibadah spiritual, tapi juga muamalah. Masyarakat harus paham agar literasi dan inklusi naik bersama-sama,” ungkapnya.

Baca juga: Ini Kinerja Terbaru Industri BPR-BPRS yang Kedatangan “Pemain Baru” Bank Syariah Matahari

Di sisi lain, ketimpangan penguasaan lahan menjadi tantangan di sektor pertanian. Rata-rata petani hanya memiliki 0,3 hektar lahan. Ma’ruf Amin menyoroti perlunya optimalisasi lahan tidur melalui skema dana sosial dan wakaf produktif.

“Kita punya banyak lahan, tapi terbengkalai. Harus ada kebijakan agar tanah itu bermanfaat untuk rakyat,” katanya.

Ia pun menekankan pentingnya peran daerah dalam mendukung ekonomi syariah. Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS) sudah terbentuk di 31 provinsi dan 25 provinsi telah memasukkan ekonomi syariah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).

“Jabatan boleh berakhir, tapi perjuangan memajukan ekonomi syariah tidak boleh berhenti,” pungkasnya. (*) Ayu Utami

Related Posts

News Update

Netizen +62