Rupiah Diproyeksi Melemah Buntut Trump Isyaratkan Serangan Militer AS ke Iran

Rupiah Diproyeksi Melemah Buntut Trump Isyaratkan Serangan Militer AS ke Iran

Jakarta – Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat sentimen risk-off yang muncul di kalangan pelaku pasar setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan adanya potensi serangan militer AS terhadap Iran.

Analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong menjelaskan, pernyataan Trump mengenai kemungkinan militer AS melakukan serangan terhadap Iran memicu kekhawatiran investor.

“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS di tengah sentimen risk-off menyusul pernyataan Trump akan potensi rencana penyerangan militer AS terhadap Iran,” kata Lukman, Rabu, 18 Juni 2025.

Baca juga: Dolar AS Tertekan, Rupiah Diproyeksi Kembali Menguat

Lukman memproyeksikan rupiah akan berada di kisaran Rp16.250-Rp16.350 per dolar AS hari ini.

“Rupiah akan berada di range Rp16.250-Rp16.350 per dolar AS hari ini,” tambah Lukman.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan, investor saat ini sedang mencermati keputusan kebijakan moneter terbaru dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya.

“Perhatian akan terpusat pada arahan ke depannya di tengah ketidakpastian tarif yang terus berlanjut dan meningkatnya ketegangan geopolitik,” ujar Andry.

Baca juga: Rupiah Diproyeksi Menguat terhadap Dolar AS, Ini Sentimen Pendorongnya

Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati data perumahan AS baru dan klaim pengangguran mingguan, yang akan dirilis menjelang libur pasar pada Kamis mendatang.

“Sentimen risiko di pasar global terhambat oleh Presiden Trump yang mengisyaratkan eskalasi terhadap Israel dengan meremehkan kesepakatan gencatan senjata dan memperingatkan penduduk Teheran untuk mengungsi,” pungkasnya.

Sementara itu, penjualan ritel mengalami kontraksi lebih besar dari yang diproyeksikan pada Mei 2025.

Data menunjukkan penurunan sebesar 0,9 persen, menyusul revisi penurunan 0,1 persen pada April 2025. Angka ini lebih buruk dari estimasi sebelumnya yang memperkirakan penurunan 0,7 persen.

“Ini adalah penurunan terbesar dalam empat bulan, karena konsumen mengurangi pembelian mereka menjelang tarif yang diharapkan,” imbuhnya. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

News Update

Netizen +62