Rupiah Diproyeksi Tertekan Akibat Ketegangan Geopolitik Iran-Israel

Rupiah Diproyeksi Tertekan Akibat Ketegangan Geopolitik Iran-Israel

Jakarta – Rupiah diproyeksi melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dipicu oleh meningkatnya tensi geopolitik antara Iran dan Israel.

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan, ketegangan antara Iran dan Israel mengakibatkan sentimen risk off di pasar, sehingga mendorong pelemahan rupiah.

“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS di tengah meningkatnya tensi Iran Israel, memicu sentimen risk off di pasar,” kata Lukman, Senin, 16 Juni 2025.

Baca juga: Rupiah Diperkirakan Melemah usai Investor Hindari Aset Berisiko

Selain itu, rupiah juga mengalami tekanan dikarenakan oleh kenaikan harga minyak dunia. Sehingga, Lukman memperkirakan rupiah akan berada di kisaran Rp16.200-Rp16.350 per dolar AS hari ini.

“Kenaikan harga minyak dunia juga menekan rupiah. Rupiah akan berada di range Rp16.200-Rp16.350 per dolar AS hari ini,” pungkasnya.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menjelaskan, indeks dolar AS (DXY) naik di atas 98,2 pada Jumat lalu, bangkit dari posisi terendah karena meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah memicu permintaan untuk aset safe haven.

Baca juga: Ini Isi Pembicaraan Prabowo dan Trump Lewat Telepon Selama 15 Menit

Sementara itu, the Federal Reserve (the Fed) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan FOMC mendatang, meskipun ada tekanan yang meningkat dari Presiden Donald Trump untuk melonggarkan kebijakan.

“Bank sentral menghadapi latar belakang yang kompleks dari ketidakpastian terkait tarif dan meningkatnya ketidakstabilan geopolitik,” imbuh Andry.

Andry menambahkan, pekan ini, ketegangan geopolitik di Timur Tengah akan tetap menjadi fokus setelah serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, yang meningkatkan kekhawatiran akan konflik regional lebih luas.

“Pasar juga akan mencermati setiap kemajuan negosiasi perdagangan antara AS dan mitra utamanya. Minggu ini juga merupakan minggu yang sibuk untuk keputusan kebijakan moneter. Federal Reserve, People’s Bank of China, Bank of Japan, dan Bank of England diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah,” ungkapnya. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

News Update

Netizen +62