Jakarta – Bank Mayapada Internasional (Bank Mayapada) mencatatkan lonjakan laba bersih signifikan pada kuartal I 2025, mencapai Rp11,28 miliar atau tumbuh 104,83 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar Rp5,51 miliar. Pertumbuhan laba ini ditopang peningkatan pendapatan bunga serta efisiensi operasional yang mulai menunjukkan hasil positif.
Mengutip laporan keuangan publikasi pada Jumat, 9 Mei 2025, pendapatan bunga bank yang dipimpin Hariyono Tjahjarijadi sebagai direktur utama ini tercatat tumbuh 45,30 persen yoy, dari Rp2,16 triliun menjadi Rp3,14 triliun per Maret 2025. Namun demikian, beban bunga juga mengalami kenaikan sebesar 47,78 persen, dari Rp1,65 triliun menjadi Rp2,44 triliun.
Kendati beban bunga tumbuh lebih tinggi secara persentase, Bank Mayapada masih mampu meningkatkan pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar 37,21 persen menjadi Rp698,00 miliar, dari sebelumnya Rp508,73 miliar.
Baca juga: Hana Bank Kantongi Laba Rp519,43 Miliar di 2024, Tumbuh 14,61 Persen
Seiring dengan itu, bank dengan kode saham MAYA ini juga mencatat peningkatan efisiensi operasional meskipun beban operasional lainnya naik 36,34 persen menjadi Rp684,81 miliar. Hal ini tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang sedikit membaik dari 99,71 persen menjadi 99,59 persen. Penurunan BOPO, meski tipis, menunjukkan bahwa Bank Mayapada semakin efisien dalam mengelola aktivitas bisnisnya.
Dari sisi fungsi intermediasi, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 5,16 persen yoy menjadi Rp127,02 triliun. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh kenaikan pada dana deposito yang naik 6,14 persen menjadi Rp111,01 triliun serta giro yang meningkat 14,76 persen menjadi Rp5,60 triliun. Namun, dana tabungan justru menurun 8,03 persen menjadi Rp10,41 triliun, yang menjadi perhatian tersendiri mengingat dana murah merupakan pilar penting dalam menjaga efisiensi biaya dana (cost of fund).
Penyaluran kredit hanya tumbuh tipis sebesar 0,26 persen yoy menjadi Rp105,01 triliun. Meski pertumbuhan kredit tergolong lambat, Bank Mayapada mampu menjaga kualitas portofolio pinjamannya. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross menurun dari 3,70 persen menjadi 3,53 persen, sementara NPL net turun dari 2,88 persen menjadi 2,67 persen. Kedua rasio tersebut masih berada di bawah batas aman yang ditetapkan regulator sebesar 5 persen, mencerminkan manajemen risiko kredit yang relatif baik.
Dari sisi permodalan, modal inti meningkat 1,60 persen menjadi Rp12,83 triliun. Namun, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) menurun dari 11,37 persen menjadi 10,47 persen. Meski demikian, rasio ini masih berada di atas ketentuan minimum regulator, menunjukkan bahwa Bank Mayapada masih memiliki ketahanan modal yang memadai.
Total aset Bank Mayapada juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,52 persen yoy, dari Rp145,36 triliun menjadi Rp150,47 triliun. Peningkatan aset ini mencerminkan ekspansi bisnis yang tetap terjaga meski dalam kondisi pasar yang kompetitif.
Dari sisi profitabilitas, rasio return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) masing-masing meningkat menjadi 0,04 persen dan 0,34 persen, dari sebelumnya 0,02 persen dan 0,16 persen. Kenaikan ini menunjukkan bahwa Bank Mayapada semakin efisien dalam menggunakan aset dan modalnya untuk menghasilkan keuntungan.
Baca juga: Maybank Indonesia Raih Laba Sebelum Pajak Rp506 Miliar per Maret 2025, Ini Penopangnya
Sementara itu, net interest margin (NIM) meningkat dari 1,67 persen menjadi 2,28 persen. Peningkatan NIM mencerminkan kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktifnya secara lebih efektif, serta strategi penyaluran kredit dan pengelolaan dana yang lebih optimal.
Loan to deposit ratio (LDR) juga tercatat naik dari 82,43 persen menjadi 86,51 persen, mencerminkan peningkatan efektivitas bank dalam menyalurkan dana masyarakat ke sektor produktif melalui kredit.
Secara keseluruhan, Infobank Instiute memandang kinerja keuangan Bank Mayapada pada kuartal I-2025 menunjukkan tren positif, dengan pertumbuhan laba yang kuat, efisiensi operasional yang membaik, serta pengelolaan risiko yang terkendali. Jika tren ini terus berlanjut, bank milik konglomerat Dato Sri Tahir ini berpeluang memperkuat posisinya di industri perbankan nasional. (*) Ari Nugroho










