Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun signifikan sebesar 7,83 persen sepanjang pekan lalu, 24-28 Februari 2025, dari level 6.818 ke 6.270.
Penurunan itu sejalan dengan aksi sell off besar-besaran oleh investor asing, yang tercatat membukukan net foreign sell sebesar Rp10,2 triliun.
Baca juga: Awal Maret Semringah! IHSG Dibuka Menguat 1,52 Persen ke Level 6.365
Beberapa faktor eksternal menjadi penyebab pelemahan IHSG, di antaranya:
- Kebijakan Tarif Impor Trump. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berencana menetapkan tarif impor sebesar 25 persen untuk produk dari Uni Eropa.
- Stimulus China. Pemerintah China mengumumkan stimulus berupa suntikan dana sebesar USD55 juta ke sistem perbankannya, yang akan terealisasi pada Maret 2025.
- Penurunan Peringkat Saham Indonesia oleh Morgan Stanley. Lembaga keuangan Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks MSCI dari equal-weight menjadi underweight.
- Peresmian Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Presiden Prabowo meresmikan BPI Danantara, yang bertugas mengelola aset dan dividen BUMN.
- Pelemahan Rupiah. Nilai tukar rupiah melemah hingga menyentuh level Rp16.574 per USD.
Baca juga: IHSG dan Rupiah Anjlok, Begini Kata Airlangga
Berbicara tentang potensi market pada 3-7 Maret 2025, Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus, mengimbau pelaku pasar saham untuk mencermati data ekonomi global dan domestik guna tetap meraih keuntungan.
Dari sisi global, beberapa data ekonomi yang perlu diperhatikan adalah:
- Indeks NBS PMI Manufacturing China. Data terbaru menunjukkan ekspansi ke level 50,2 dari bulan sebelumnya di 49,1, lebih tinggi dari perkiraan 49,9. Hal ini menunjukkan pemulihan ekonomi China.
- Indeks PMI Manufacturing AS. Diprediksi naik ke level 51,6 pada Februari dibanding bulan sebelumnya.
- Indeks PMI Composite AS. Diperkirakan turun ke level 50,4 dari 52,7 karena stagnasi di sektor swasta dan penurunan output jasa.
- Data Non-Farm Payrolls AS. Diperkirakan turun ke 133.000 dari sebelumnya 143.000, yang menjadi indikator penting bagi The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga.
“Jika dinilai masih cukup kuat maka hal tersebut berpotensi membuat The Fed untuk tetap mengambil langkah defensif dengan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level yang sama seperti bulan sebelumnya,” ujar Indri dalam risetnya di Jakarta, Senin, 3 Maret 2025.
Sentimen Domestik yang Perlu Diperhatikan
Dari dalam negeri, beberapa indikator ekonomi yang berpotensi memengaruhi IHSG adalah:
- Indeks PMI Manufaktur Indonesia. Diperkirakan tetap dalam kondisi ekspansi, meningkat ke level 52,3 dari 51,9 pada bulan sebelumnya. Ini menunjukkan roda perekonomian Indonesia masih stabil dan berpotensi menarik investor asing.
- Tingkat Inflasi Februari. Diprediksi mengalami disinflasi ke 0,41 persen, sebagai dampak kebijakan pemerintah yang memberikan diskon tarif listrik 50 persen bagi pelanggan PLN.
Baca juga: PLN Beri Diskon Tambah Daya Listrik 50 Persen + 50 Persen, Begini Cara Dapatnya
Adapun Indri memperingatkan bahwa ketidakpastian pasar, baik global maupun domestik, masih tinggi. Ia juga memprediksi aksi sell off besar-besaran masih berpotensi berlanjut pada pekan ini.
“IPOT memprediksi IHSG akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan melemah sepanjang pekan ini dalam rentang support 6.660 dan resistance 6.880,” imbuhnya. (*)
Editor: Yulian Saputra










