Joe Biden mengklaim timnya lah yang merundingkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Namun Donald Trump mengatakan kesepakatan tersebut disetujui hanya karena dia adalah presiden AS terpilih.
Jakarta – Pertanyaan ini mengemuka pasca Biden mengumumkan berbagai pencapaian kebijakan luar negerinya selama ia menjadi Presiden AS. Termasuk salah satunya mengenai kesepakatan gencatan senjata untuk para sandera antara Israel dan Hamas dan menghentikan perang berdarah di Gaza yang telah menewaskan 46.000 warga Palestina dan 1.700 warga Israel.
Seperti di ketahui, gencatan senjata di Gaza akhirnya diumumkan pada Kamis, 16 Januari 2025. Dalam sebuah konferensi pers, seperti di kutip dari The Guardian, Biden mengatakan bahwa gencatan senjata itu dinegosiasikan oleh timnya dan sebagian besar akan dilaksanakan oleh pemerintahan yang akan datang.
Namun, ada pertanyaan yang menggelitik. Mengapa rencana yang diusulkannya pada Mei 2024 lalu, akhirnya baru diterima hanya beberapa hari sebelum pelantikan Donald Trump.
Di sisi lain, Presiden terpilih Trump mengatakan dalam sebuah posting di Truth Social, bahwa perjanjian gencatan senjata hanya dapat terjadi sebagai hasil dari Kemenangan Bersejarah pada November 2024. Hal itu memberi isyarat kepada seluruh dunia bahwa Pemerintahannya lah yang mengupayakan perdamaian dan menegosiasikan kesepakatan untuk menjamin keselamatan semua warga Amerika, dan Sekutunya.
Seperti dikutip dari The Guardian, pada hari-hari terakhir negosiasi, Steve Witkoff yang merupakan utusan Trump untuk Kawasan tersebut, yang pada saat itu tidak memegang posisi formal apa pun dalam pemerintahan, diundang untuk melakukan perjalanan ke Doha bersama pejabat pemerintahan Biden yang mengambil bagian dalam negosiasi.
Baca juga : Reaksi Pemimpin Dunia usai Tercapainya Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza
Witkoff diutus sendiri ke Israel untuk bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk meyakinkannya menerima kesepakatan gencatan senjata. Pertemuan antara Witkoff dan Netanyahu, yang berlangsung selama Shabbat dikabarkan diwarnai ketegangan. Witkoff disebut-sebut menekan Netanyahu untuk menerima kesepakatan gencatan senjata bagi para sandera dan menyetujui konsesi-konsesi penting untuk menghentikan perang lebih cepat.
Semua berawal dari panggilan telepon dari utusan khusus Donald Trump untuk Timur Tengah, Steven Witkoff yang mengejutkan para ajudan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Dalam penggilan tersebut, Witkoff mengabarkan bahwa ia akan datang ke Israel dan akan bertemu Netanyahu. Ketika keinginannya ditolak oleh para pembantu Netanyahu, Witkoff tetap bersikeras agar mereka bertemu di pagi hari. Witkoff menyampaikan, bahwa presiden terpilih Trump menegaskan bahwa ia ingin perang di Gaza berakhir.
Menghadapi situasi tersebut, Netanyahu digambarkan bahwa ia tiba-tiba menyadari posisi mereka terhadap presiden Amerika yang baru. Pada Rabu sore, indikasi dengan cepat menunjukkan bahwa kesepakatan mungkin tercapai. Pasalnya, Menteri luar negeri Israel, Gideon Sa’ar, mengumumkan bahwa ia akan terbang kembali ke Israel dari perjalanan luar negeri untuk menghadiri pemungutan suara mengenai kesepakatan gencatan senjata.
Diantara isi kesepakatan gencatan senjata tersebut diantaranya, pembebasan 33 sandera selama periode enam minggu, termasuk wanita, anak-anak, orang dewasa yang lebih tua dan warga sipil yang terluka, sebagai imbalan atas ratusan wanita dan anak-anak Palestina yang dipenjarakan oleh Israel.
Di antara 33 orang tersebut, ada lima tentara wanita Israel, yang masing-masing akan dibebaskan dengan imbalan 50 tahanan Palestina, termasuk 30 militan terpidana yang menjalani hukuman seumur hidup.
Bagi Netanyahu, yang bersumpah untuk berjuang hingga mencapai kemenangan mutlak – meskipun tidak jelas dan tidak dapat dicapai-, kesepakatan penyanderaan harus menjadi prioritas.
Tekad Israel yang menyatakan tidak akan pernah pergi, tidak akan pernah berhenti, dan tidak akan pernah menyerah, terhapus sudah pasca pernyataan Netanyahu untuk menyetejui gencatan senjata. Hal ini terlihat seperti Netanyahu menghadapi tekanan dari presiden AS yang baru dan yang akan lengser.
Baca juga : Resmi! Israel-Hamas Sepakat Gencatan Senjata, Akhiri Perang Gaza Mulai Minggu Ini
Matt Duss, wakil presiden eksekutif di Center for International Policy menilai faktanya adalah bahwa Netanyahu memahami bahwa Trump akan menjabat. Dan Trump menjelaskan bahwa ia ingin perang ini berakhir. Trump dinilai beroperasi menurut kalkulasi yang sangat berbeda dari Biden. Trump sebelumnya bahkan telah memperingatkan bahwa neraka akan terjadi di Timur Tengah jika kesepakatan tidak tercapai sebelum pelantikannya.
Duss mengatakan, tidak seorang pun akan percaya bahwa Biden telah melaksanakan gencatan senjata ini. Ia (Biden) terus memberikan perlindungan politik kepada Netanyahu, bahkan ketika Netanyahu berulang kali meremehkan kemungkinan gencatan senjata.
Sementara, seorang pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan, klaim keduanya bisa jadi benar. Tim Trump dan Biden menjalin kemitraan yang tidak biasa untuk mengamankan gencatan senjata yang rumit selama masa transisi yang ditandai oleh permusuhan dan ketidakpercayaan.
Saat kesepakatan itu diumumkan pada Rabu 15 Januari 2025, terlihat nada keakraban antara kedua tim yang bersaing tersebut. Pejabat pemerintahan Biden juga memuji kemitraan antara diplomat Brett McGurk dan Steve Witkoff.
Kabarnya, Biden telah memberi tahu Trump bahwa dia ingin bekerja sama untuk mengamankan kesepakatan ketika keduanya bertemu di Ruang Oval tak lama setelah kemenangan mengejutkan Trump dalam pemilihan.
Jadi menurut Anda, siapakah yeng berjasa di balik gencatan senjata Gaza?.(*)