Jakarta – Di tengah pesatnya pertumbuhan volume data, perusahaan yang mampu mengolah data secara real-time memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan. Nah, di sini lah pentingnya peran data streaming.
Termasuk, perannya dalam industri perbankan yang memanfaatkan data secara real-time untuk pengalaman pelanggan, manajemen risiko yang lebih baik dan efisiensi operasional.
Confluent, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS) menghadirkan layanan data streaming yang menjadi jembatan antara sistem dan aplikasi secara real-time.
Dalam wawancara dengan Infobanknews, Area Vice President Asia, Confluent Indonesia Rully Moulany menjelaskan seberapa penting data streaming dalam industri perbankan serta pengaruhnya terhadap bisnis perusahaan?
Confluent didirikan pada 2014 oleh para punggawa yang pernah berkarier di LinkedIn, yakni Jay Kreps, Nehe Narkhede dan Jun Rao. Pada saat itu, mereka dihadapkan pada tantangan untuk menyelesaikan permasalahan dalam teknologi yang dibutuhkan untuk membangun LinkedIn menjadi sekarang ini.
“Pada 2010, founder kami ingin memecahkan masalah terkait data yang terus mengalir antara satu sistem ke sistem lain secara real time,” katanya, Kamis, 5 Desember 2024.
Baca juga: Dengan Teknologi AI, Platform Investasi Kaya Bantu Nasabah Hadapi Volatilitas Pasar
Mereka kemudian menciptakan teknologi Apache Kafka, yang sudah di-open sourcetanpa dipungut biaya supaya bisa digunakan secara luas oleh komunitas, untuk mendapatkan feedback, melakukan pengembangan lebih lanjut sehingga memberikan kontribusi yang lebih luas.
“Itulah yang menjadi basis perusahaan Confluent dengan teknologi Kafka, yakni data streaming standar,” jelasnya.
Kemudian, pada 2014 mendirikan perusahaan Confluent sebagai market data streaming platform. Tujuannya menjadi ‘jembatan’ agar bisa saling mengalir secara real-time.
Di industri keuangan, data memainkan peran penting. Bahkan, di perbankan memiliki banyak data pelbagai sistem seperti pinjaman (loan), core banking, sistem kartu kredit hingga e-channel.
“Nah, dalam perjalanan terbentuknya sistem yang terpisah itu menimbulkan tantangan lain yakni bagaimana data di sistem tersebut bisa saling ngobrol, saling terkoneksi, terintegrasi satu sama lain,” bebernya.
Ia mencontohnya, saat seseorang memiliki layanan kartu kredit. Di saat, melakukan pembayaran dari rekening ke kartu kredit maka secara otomatis limit saldo akan kembali lagi secara real time.
“Bayangkan kalau data itu tidak terjadi secara real time.Karena semua notif untukpembayaran, pembelian pada mobile banking membutuhkan data yang real time,” bebernya.
Di Confluent, pihaknya ingin memainkan perannya sebagai layanan data streaming dengan teknologiApache Kafka terbaik. Dalam artian, menjadikan data di perbankan sebagai sebuah komoditas berharga.
“Bahkan, sebagai fondasi layanan perbankan yang tanpanya banyak sekali layanan yang tidak memungkinkan atau yang memberikan user experience tidak maksimal,” terangnya.
Rully menuturkan, teknologi merupakan satu pilar dalam perlindungan data. Di mana, apabila di spesifikasikan terhadap Confluent maka fitur-fitur dalam teknologi perusahaan sudah comply terhadap standar ISO dan PCI.
“Teknologi kami sudah banyak yang comply terhadap standar ISO dan PCI (standar-standar perbankan) agar penggguna yakin dan aman menggunakan Confluent,” tegasnya.
Ia menegaskan, fitur-fitur layanan data streaming Confluent sudah lengkap dari standarisasi. Di samping, ada pilar lain, yakni proses di perbankan dan juga people atau manusia itu sendiri.
Jadi ketiga hal tersebut yang menurut pihaknya harus diperhatikan ketika bicara mengenai kemanan data, siber security dan fraud di dunia perbankan.
Baca juga: Teknologi AI Diklaim Mampu Tekan Biaya Pelaporan Keberlanjutan Emiten
“Tapi kalau perspektif teknologi sendiri, kita sudah build in di produk. Kita juga bisa share best practice seperti apa dan penerapannya tergantung dari masing-masing institusi,” serunya.
Meski baru memasuki tahun ketiga di Indonesia, rupanya sudah banyak perbankan top tier yang sudah menggunakan jasanya. Termasuk, perusahaan asuransi hingga fintech
“Customer besar kami dominasi dari perbankan. Kita juga ada beberapa fintect dan asuransi,” akunya.
Untuk bisa menarik lebih besar pasar Indonesia, pihaknya pun menerapkan jurus jitu dengan memperkuat ekosistem kemitraan. Di mana, memanfaatkan peran partner-partner mumpuni yang memiliki kapabilitas teknis terhadap produk perusahaan.
Diharapkan bisa mendorong pihaknya bisa menyentuh bank-bank lain, seperti Bank Perekonomian Rakyat (BPR).
“Tentunya kita ingin membangun kemitraan supaya average kita juga meningkat. Kalau sekadar bergerak di Jakarta ya bank nya di Jakarta saja,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama