Jakarta – Saham Tesla, perusahaan mobil listrik milik miliader Elon Musk, terus menunjukkan reli tajam sejak pekan lalu, dengan lonjakan lebih dari 8 persen pada pembukaan perdagangan, Senin, 11 November 2024.
Peningkatan ini dipicu oleh spekulasi bahwa hubungan dekat antara CEO Tesla, Elon Musk, dengan Presiden terpilih AS, Donald Trump, memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Nilai kapitalisasi pasar Tesla diperkirakan bertambah hampir USD87 miliar atau sekitar Rp1,3 kuadriliun jika tren kenaikan ini terus berlanjut.
Sebelumnya, Saham Tesla melonjak hampir 28 persen sejak kemenangan Trump dalam Pemilu AS, yang diumumkan pada Rabu, 6 November 2024, mendorong total nilai pasar Tesla melampaui USD1 triliun atau setara Rp15,6 kuadriliun untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.
Baca juga : Pembukaan IFSE 2024, Bos OJK Ungkap Pengaruh Geopolitik terhadap Ekosistem Fintech
Jika dibandingkan pada awal tahun, keuntungan saham Tesla hanya lebih dari 1 persen sebelum Trump terpilih kembali untuk masa jabatan keduanya di Gedung Putih.
Kedekatan Trump-Elon Musk
Para analis menilai kedekatan yang terjalin antara Elon Musk dan Donald Trump selama beberapa bulan terakhir menjadi faktor kunci yang mendukung pertumbuhan saham Tesla.
Selain itu, Musk dilaporkan telah menyumbangkan setidaknya USD119 juta atau sekitar Rp1,8 triliun kepada salah satu kelompok pendukung Trump.
“Sebagai ‘efficiency Czar‘ (ketua komisi efisiensi federal), Musk kemungkinan besar akan melihat ini sebagai kesempatan untuk menyapu bersih birokrasi dan merampingkan regulasi,” ujar Kepala Keuangan dan Pasar di perusahaan investasi Hargreaves Lansdown Susannah Streeter, dinukil VOA Indonesia, Selasa, 12 November.
Baca juga : Bank Mandiri Bawa Solusi Perbankan Digital dan Reward Menarik bagi Diaspora di AS
Sementara itu, pada September lalu, Trump mengatakan bahwa dirinya akan membentuk komisi efisiensi pemerintah AS yang dikepalai Musk untuk memangkas pengeluaran federal.
“Ini akan menguntungkan perusahaan-perusahaan Musk yang berada di garis depan inovasi teknologi,” tambah Streeter.
Di mana, dari kendaraan listrik Tesla hingga roket SpaceX dan chip otak Neuralink, usaha-usaha bisnis Musk sangat bergantung pada regulasi, subsidi, atau kebijakan pemerintah.
Misalnya saja, teknologi swakemudi Tesla, akan mendapat sorotan dari regulator keselamatan karena Musk berusaha mengalihkan fokus perusahaan ke arah kemudi otonom dan robotika.
Pengaruh Musk di pemerintahan AS diperkirakan akan berdampak pada bisnis-bisnisnya yang lain, seperti sistem broadband Starlink, mengingat posisi Musk sebagai kontraktor utama di Departemen Pertahanan AS.
Trump juga telah berjanji akan mengurangi insentif kendaraan listrik tertentu dari pemerintahan Biden, yang kemungkinan besar akan lebih berdampak pada perusahaan-perusahaan rintisan dibanding Tesla, mengingat dominasi Tesla di pasar EV. (*)
Editor: Yulian Saputra