Jakarta – Produsen pesawat komersial asal AS, Boeing tengah dilanda krisis keuangan akibat pelbagai masalah mulai dari aksi mogok masal pekerja, masalah operasional hingga keselamatan selama bertahun-tahun.
Akibatnya, utang perusahaan pun menggunung. Alhasil, Boeing pun getol mencari utang baru demi mengumpulkan total utang senilai USD25 miliar atau setara Rp388 triliun (kurs Rp15.550).
Dinukil Reuters, Kamis (17/10), Boeing berencana bakal menarik utang baru senilai USD10 miliar atau sekira Rp155 triliun dari konsorsium bank seperti Bank of America, Citibank, Goldman Sachs dan JPMorgan.
Padahal, utang perusahaan sendiri telah membengkak dalam 6 tahun terakhir lantaran catatan kerugian operasional senilai USD53 miliar.
Baca juga : Gara-gara Ini, Boeing Bakal PHK 17.000 Karyawan Global
“Naik menjadi USD53 miliar (Rp823 triliun) pada akhir Juni (2024), dari USD10,7 miliar (Rp166 triliun) pada akhir Maret 2019,” tulis laporan tersebut,
Diketahui, salah satu biang kerok membengkaknya utang Boeing, yakni kecelakaan fatal dari pesawat yang diproduksi, 737 Max. Hal ini menjadikan pesawat komersil terlaris milik Boeing dilarang terbang selama 20 bulan.
Kasus lainnya adalah insiden kecelakaan pesawat Lion Air di Indonesia pada 2018 dan Ethiopian Airlines di Ethiopia pada 2019. Kecelakaan maut tersebut menelan korban jiwa hingga 346 orang.
Di sisi lain, para karyawan Beoing melakukan aksi mogok kerja sehingga melumpuhkan sejumlah kegiatan perusahaan seperti masalah operasional dan keselamatan perusahaan.
PHK Massal Boeing
Sebelumnya, Boeing berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 17.000 ribu karyawan, atau 10 persen dari tenaga kerja globalnya.
CEO Boeing Kelly Ortberg mengatakan, pemangkasan karyawan diperlukan untuk melakukan penyesuaian postur keuangan perusahaan, usai aksi mogok massal oleh 33.000 pekerja di Pantai Barat AS yang menghentikan produksi jet 737 MAX, 767 dan 777.
Baca juga : Boeing Laporkan Kerugian Sebesar USD343 Juta di Kuartal I-2024
“Selama beberapa bulan mendatang, kami berencana mengurangi jumlah total tenaga kerja sekitar 10 persen. Pengurangan ini mencakup para eksekutif, manajer dan karyawan,” kata Ortberg dinukil Reuters, Senin, 14 Oktober 2024.
Diketahui, perubahan kebijakan besar-besaran ini menjadi langkah berani yang dilakukan Ortberg yang baru menjabat pada Agustus 2024.
Ia berjanji untuk mengatur ulang hubungan dengan serikat pekerja dan para karyawannya. Boeing, yang dijadwalkan merilis kinerja kuartal III/2024 pada 23 Oktober mendatang memperkirakan pendapatan sebesar USD17,8 miliar. Kemudian, kerugian per saham sebesar USD9,97, dan arus kas operasional negatif yang lebih baik dari perkiraan sebesar USD1,3 miliar. (*)
Editor: Galih Pratama