Jakarta–Deloitte Consulting bekerja sama dengan Asosiasi Fintech Indonesia, merilis laporan hasil Survei Financial Technology (Fintech) Indonesia 2016 terhadap industri teknologi jasa keuangan di Indonesia.
Dari hasi survei yang dilakukan Deloitte Consulting dengan Asosiasi Fintech Indonesia ada beberapa temuan utama antara lain bahwa kolaborasi dan kemitraan strategis dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui inovasi keuangan digital.
Temuan utama Survei FinTech Indonesia 2016 menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan fintech Indonesia mengharapkan terjalinnya pola-pola kerja sama secara lebih luas dengan banyak pihak lain.
Sebanyak 44% perusahaan fintech tersebut menyebutkan kolaborasi merupakan salah satu faktor yang menjadi prioritas mereka dan 51% lainnya menyatakan kolaborasi sebagai hal yang sangat penting dilakukan.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa lingkungan yang kolaboratif dapat mendorong hasil yang baik dan membawa manfaat yang lebih luas.
Sebagian besar perusahaan fintech yang disurvei (38%) menekankan bahwa peningkatan penerapan best practices merupakan manfaat terbesar yang bisa diambil dari perluasan kerja sama di antara para pemain fintech di Indonesia.
Sementara itu, 25% dari mereka menyatakan percaya bahwa hal tersebut akan mengembangkan kemampuan mereka dalam memanfaatkan data pasar dan menganalisis profil pengguna layanan mereka.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Indonesia Karaniya Dharmasaputra mengatakan, bahwa saat ini Industri FinTech sedang berada di tengah era inovasi keuangan, terutama dengan begitu pesatnya perkembangan teknologi di area ini.
Melalui survei ini, pihaknya ingin menyoroti bagaimana kolaborasi di antara pemain fintech dan regulator dapat semakin meningkatkan akses masyarakat Indonesia terhadap layanan-layanan keuangan, khususnya dengan memanfaatkan teknologi.
“Karena itulah, kenapa peningkatan kerja sama antara perusahaan-perusahaan fintech di Indonesia menjadi salah satu tujuan strategis asosiasi kami,” ujar Karaniya dalam keterangannya, di Jakarta, Senin, 29 Agustus 2016.
Dia menambahkan, salah satu temuan utama survey ini mengungkapkan bahwa banyak perusahaan fintech menghadapi berbagai kendala untuk memperdalam inklusi keuangan dan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia tidak paham atau mendapatkan informasi yang salah tentang sistem keuangan.
“Karena itulah, kami akan terus mendorong terciptanya berbagai kolaborasi dan semakin mengintensifkan program-program edukasi untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat, supaya tercipta ekosistem fintech yang mendukung di Indonesia,” ucapnya.
Sementara itu Advisor Industri Jasa Keuangan Deloitte Consulting Erik Koenen menambahkan, berkembangnya penggunaan teknologi di sektor keuangan membuktikan bahwa pasar Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dan ini perlu menjadi salah satu agenda penting pemerintah, sebagaimana ditunjukkan dalam laporan Survey ini.
“Kolaborasi antara perusahaan fintech atau antara perusahaan fintech dan lembaga keuangan merupakan factor penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tukasnya.
Survei tersebut juga menemukan bahwa mayoritas perusahaan fintech menganggap adaptasi regulasi terhadap perkembangan pesat fintech saat ini masih tergolong lambat dan belum jelas. Karena itu, mempererat kerja sama dengan pemerintah menjadi hal yang sangat penting.
Ada lima area fintech yang memiliki kebutuhan paling tinggi dalam pengembangan regulasi, yakni; payment gateway (60%), e-money atau e-wallet (58%), mekanisme Know Your client (KYC) (57%), peer to peer (P2P) lending (57%), dan digital signature (54%).
Survei FinTech Indonesia 2016 yang dilakukan oleh Deloitte ini berupaya mengungkap tantangan utama yang dihadapi oleh pemain-pemain fintech di Indonesia saat ini dan mencari cara untuk mengatasinya. Lebih dari 70 perusahaan fintech membagi pengalaman, keahlian, dan pemikiran mereka, dengan mengikuti survei ini.
Metodologinya terdiri dari tiga aktivitas yakni, survei komprehensif untuk beberapa CEO terpilih dari perusahaan fintech, pengumpulan respons, dan analisa dan validasi kesimpulan oleh tim konsultan bisnis. (*)
Editor: Paulus Yoga