Jakarta – PT Mandiri Sekuritas kembali meningkatkan proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun akan mencapai 7.800, dengan bull case mencapai posisi 8.000. Proyeksi tersebut telah memperhitungkan penurunan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI) yang lebih agresif.
Head of Equity Analyst and Strategy Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, menyebutkan, target tersebut naik dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 7.460, dengan bull case 7.640.
“Mandiri Sekuritas menaikkan target IHSG dari 7.460, karena kami menaikkan asumsi penurunan suku bunga The Fed dari 25 bps menjadi 50-75 bps, dengan penurunan suku bunga BI yang lebih agresif, yaitu sebesar 50 bps bukan 25 bps,” ucap Adrian dalam keterangan resmi di Jakarta, 3 September 2024.
Ia melanjutkan, pasar saat ini mengabaikan penurunan suku bunga BI The Fed sebesar 100 bps karena masih dapat berubah. Di sisi lain, valuasi IHSG khususnya saham-saham big caps masih tergolong murah.
Baca juga: Permudah Investor Pilih Saham Profit, BEI dan Infovesta Luncurkan IDX-Infovesta Multi-Factor 28
“Meskipun imbal hasil INDOGB10Y telah menurun dari 7,2 persen menjadi 6,6 persen, penurunan lebih lanjut ke level rendah minus 6 persen dan kurang dari 6 persen akan menjadikan IHSG sebagai kelas aset yang menarik di dalam negeri, mengingat imbal hasil pendapatan 8 persen dan imbal hasil dividen 5 persen,” imbuhnya.
Lalu, dari sisi market breadth juga membaik tidak seperti pada tahun 2023 ketika empat bank besar menjadi penggerak indeks, revisi pendapatan, dan arus asing. Perusahaan berkapitalisasi besar maupun berkapitalisasi kecil menengah Smith-Midland Corp (SMID) mengalami peningkatan rasio revisi EPS dalam dua bulan terakhir.
Sementara apresiasi rupiah sebesar 5 persen pada kuartal ini dan stabilnya penurunan harga batu bara year-on-year akan membalikkan pertumbuhan year-on-year pada EBIT korporasi eks-bank menjadi positif.
Penguatan rupiah juga akan meningkatkan ruang bagi pelonggaran kebijakan dalam negeri, seperti penurunan suku bunga yang diperkirakan sebesar 50 bps tahun 2024 dan ekspansi likuiditas dibandingkan dengan Semester I 2024. Hal ini akan berdampak positif terhadap biaya dana bank, dan juga bagi perusahaan yang memiliki leverage tinggi.
Baca juga: Investor Simak! Berikut Sentimen yang Bakal Pengaruhi Pergerakan IHSG Pekan Ini
Adapun,Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja (APBN) tahun 2025, dengan pertumbuhan pendapatan yang lebih kuat sebesar 6,9 persen dan pertumbuhan belanja yang lebih lambat sebesar 5,9 persen, menghasilkan defisit fiskal yang lebih rendah dari perkiraan sebesar 2,5 persen menguntungkan bagi obligasi dan rupiah.
Meskipun proksi konsumsi beberapa saham tetap menjadi pilihan utama karena adanya jaring pengaman sosial yang mendukung, kehati-hatian fiskal menjadi pertanda baik bagi kuatnya nilai tukar rupiah, yang mendukung proksi pendapatan menengah ke atas, yang didorong oleh potensi diskresi pemulihan belanja.
Rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan reformasi perpajakan dapat menimbulkan hambatan pertumbuhan jangka pendek namun diperkirakan akan memperbaiki rasio pajak dan kekuatan ekonomi dalam jangka menengah dan panjang. (*)
Editor: Galih Pratama