Siapakah JD Vance? Calon Wakil Presiden AS yang Dipilih Trump

Siapakah JD Vance? Calon Wakil Presiden AS yang Dipilih Trump

Jakarta – Mantan Presiden AS Donald Trump resmi memilih senator JD Vance (39) dari negara bagian Ohio sebagai calon wakil presiden dalam pertarungan Pilpres AS.

Vance sendiri terpilih menjadi anggota Senat Amerika Serikat pada tahun 2022 dan telah menjadi salah satu pendukung setia agenda “Make America Great Again” Donald Trump, khususnya di bidang perdagangan, kebijakan luar negeri, dan imigrasi.

“Setelah melalui pertimbangan dan pemikiran yang panjang, dan mempertimbangkan bakat-bakat luar biasa dari banyak orang lain, saya telah memutuskan bahwa orang yang paling cocok untuk menduduki posisi Wakil Presiden Amerika Serikat adalah Senator J.D. Vance dari Negara Bagian Ohio,” kata Trump dalam media sosial miliknya, Truth.

Baca juga : Terungkap Identitas Pelaku Penembakan Donald Trump, Anggota Republikan?

Profil JD Vance

Terlahir dengan nama James Donald Bowman, 2 Agustus 1984, ia dibesarkan di Middletown, Ohio. Vance merupakan lulusan Ohio State University dan Yale Law School dan bekerja di Korps Marinir, termasuk di Irak.

Dari sana, ia bergabung dengan perusahaan investasi Silicon Valley sebelum kembali ke Ohio untuk meluncurkan organisasi nirlaba bertujuan untuk mengembangkan pengobatan kecanduan opioid yang mungkin “diskalakan secara nasional”.

Nama Vance dikenal publik melalui karya memoarnya yang terbit pada 2016 berjudul “Hillbilly Elegy”. Yakni, sebuah kisah tentang keluarganya di Appalachian dan kehidupan sederhana di Rust Belt, yang menyuarakan rasa benci kaum pekerja di pedesaan Amerika yang terpinggirkan.

Kala itu, memoarnya sukses menyentuh hati rakyat kelas pekerja Amerika yang tengah bergulat dengan stagnasi ekonomi, kecanduan narkoba, dan keterasingan budaya.

Dari situ, nama Vance mulai populer hingga menarik perhatian Trumpworld ketika bukunya diambil oleh putra tertua mantan presiden, Don Jr. yang kini menjadi teman dekat dan pengagum Vance.

Kritikus Trump yang berubah menjadi pendukung setia

Pada tahap awal karir politik Trump, Vance menyebutnya sebagai “penipu total”, “bencana moral”, dan “Hitlernya Amerika”. Namun seperti banyak anggota Partai Republik yang mencari relevansi di era Trump, Vance akhirnya mengubah nada bicaranya. 

Baca juga : Selain Donald Trump, Berikut Daftar Presiden AS jadi Target Kelam Pembunuhan

Vance mengatakan, ia terbukti salah dengan kinerja Trump saat menjabat dan berkembang menjadi salah satu pembela Trump yang paling gigih.

Vance mendapat penghargaan atas perubahan haluannya selama upayanya untuk mendapatkan kursi terbuka di Senat pada tahun 2022.

Di mana, ia mendapatkan dukungan yang didambakan Trump dan meraih kemenangan dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik dan pemilihan umum yang diperjuangkan dengan keras oleh Partai Demokrat.

Hingga akhirnya, dia terpilih menjadi anggota Senat pada tahun 2022 dan sejak itu menjadi salah satu pendukung setia agenda “Make America Great Again” yang diusung mantan presiden tersebut.

Sebagai seorang senator, Vance telah menunjukkan kesediaan untuk bekerja di berbagai bidang.

Dia dan Senator senior Ohio Sherrod Brown, dari Partai Demokrat, telah bekerja sama dalam sejumlah isu penting bagi negara bagian tersebut.

Termasuk, memperjuangkan pendanaan untuk fasilitas chip senilai $20 miliar yang sedang dibangun Intel di pusat Ohio dan memperkenalkan undang-undang keselamatan kereta api sebagai tanggapan terhadap kebakaran tersebut. Penggelinciran kereta barang tahun 2023 di Palestina Timur, Ohio.

Pandangan tentang konflik Israel-Palestina

Vance adalah pendukung setia Israel dan menawarkan pandangan dunia “Amerika Pertama dengan pengecualian Israel”.

“Amerika tidak pandai mengatur perang secara mikro di Timur Tenga. Saya pikir sikap kita terhadap Israel harus diperhatikan, kita tidak pandai mengatur perang di Timur Tengah secara mikro, Israel adalah sekutu kita, biarkan mereka yang menuntut hal ini. berperang sesuai keinginan mereka,” katanya kepada jaringan CNN dalam sebuah wawancara pada bulan Mei lalu.

Vance termasuk orang pertama yang menyalahkan pemerintahan Biden karena diduga memberdayakan Hamas untuk melakukan serangan 7 Oktober. 

Beberapa jam setelah serangan itu, dia mengatakan “Amerika harus menghadapi kenyataan yang nyata, dana pajak kita mendanai serangan ini”, menurut laporan media.

“Uang dapat dipertukarkan, dan banyak dolar yang kami kirimkan ke Iran kini digunakan untuk membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Ini harus dihentikan. Israel mempunyai hak untuk membela diri. Saya mendoakan teman-teman kami baik-baik saja, tapi yang terpenting saya berharap mereka tidak berperang melawan senjata yang dibeli dengan uang kami,” bebernya. (*)

Editor : Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News