Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat pendapatan negara hingga Mei 2024 mengalami kontraksi atau penurunan sebesar 7,1 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Adapun pada Mei 2024, pendapatan negara yang terdiri dari pajak, bea dan cukai, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan hibah mencapai Rp1.123,5 triliun atau 40,1 persen dari target APBN 2024.
“Meskipun pencapaian ini untuk bulan Mei dari sisi presentasi cukup baik, namun kita lihat pertumbuhan dibandingkan tahun lalu Mei terjadi penurunan 7,1 persen yoy,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers Kamis, 27 Juni 2024.
Baca juga: Prabowo Komit Defisit APBN Tetap di Bawah 3 Persen
Sri Mulyani menjelaskan, penurunan pendapatan negara ini disebabkan harga komoditas yang tidak setinggi tahun sebelumnya.
Seperti diketahui, pada 2023 dan 2022 harga komoditas mengalami pertumbuhan tinggi.
“Seperti diingat tahun 2023 dan 2022 di mana kenaikan harga terutama kenaikan pada 2022 dari komoditas-komoditas itu luar biasa tinggi. Sehingga membukukan penerimaan dan perpajakan cukup tinggi, ini tentu sesuatu yang perlu kita monitor dan waspadai,” jelas Sri Mulyani.
Selain itu, kata Sri Mulyani, untuk belanja negara hingga Mei 2024 sebesar Rp1.145,3 triliun. Realisasi ini sudah sebesar 34,4 persen dari pagu anggaran 2024.
Baca juga: Sri Mulyani Catat Penerimaan Pajak Negara Melambat di April 2024, Segini Nilainya
“Ini 14 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, atau artinya tumbuhnya 14 year on year,” pungkasnya.
Sementara itu, APBN hingga Mei 2024 tercatat defisit sebesar Rp21,8 triliun atau 0,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, keseimbangan primer mencatatkan surplus Rp184,2 triliun. (*)
Editor: Galih Pratama