Jakarta – Tiongkok menjadi salah satu tujuan ekspor terbesar negara Indonesia, terutama untuk sumber daya mineral. Pada Desember 2023, ekspor nonmigas ke Tiongkok mencapai 5.766,9 juta dollar AS.
Di sisi lain, Tiongkok juga merupakan salah satu sumber impor nonmigas terbesar bagi Indonesia dengan proporsi mencapai 33,42 persen.
Sejalan dengan itu, Bank DBS Indonesia menggelar acara Indonesia-China Business Forum 2024 dengan tema “Exploring Cross Border Expansion”.
Pada acara ini, Bank DBS Indonesia menghadirkan wawasan mendalam dari beragam pakar terkait kemitraan vital Indonesia-Tiongkok serta pengaruhnya terhadap prospek ekonomi kedua negara.
Baca juga: Bank DBS Indonesia Kucurkan Pembiayaan Hijau Rp6,1 Triliun di 2023
Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong mengatakan, hubungan antara Indonesia dan Tiongkok telah terjaga selama bertahun-tahun, ditopang dengan adanya ikatan budaya dan sejarah yang kuat.
Ia menjelaskan, dari segi ekonomi relasi ini akan semakin erat pada tahun 2024, dengan volume perdagangan bilateral yang diperkirakan melampaui $100 miliar dan investasi yang signifikan dalam proyek infrastruktur dan energi terbarukan.
“Hubungan ini akan berkontribusi pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang diproyeksikan sekitar 5 persen. Bank DBS Indonesia mengadakan Indonesia-China Business Forum 2024 guna mendukung kemitraan ini, sekaligus berperan aktif menuju Indonesia Emas 2045,” katanya, dikutip Rabu, 29 Mei 2024.
Diketahui, Indonesia-China Business Forum 2024 ini menjadi wadah untuk berdiskusi dan berkolaborasi untuk mengambil langkah nyata demi pertumbuhan ekonomi kedua negara.
Terdapat dua sesi panel diskusi yang dilakukan, panel diskusi pertama mengangkat tema “Building Bridges with China: Enhanced Foreign Direct Investment under the New Administration” untuk memperdalam sektor-sektor kunci di mana investasi Tiongkok bisa sangat berdampak.
Baca juga: Kinerja Keuangan Baik, Bank DBS Indonesia Raih Peringkat AAA dari Fitch Ratings Indonesia
Terutama dalam mendukung pengembangan industri hijau dan hilirisasi sumber daya alam Indonesia seperti mineral, batu bara, gas alam, kehutanan, dan lainnya; serta bagaimana investasi Tiongkok dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di Indonesia; hingga posisi Tiongkok dan Hongkong yang berada pada Top 5 kontributor FDI di Indonesia.
Sesi diskusi panel kedua bertema “Overview of Indonesia Capital Market” untuk memperdalam wawasan mengenai aspek operasional berinvestasi di Indonesia, termasuk strategi memasuki pasar, pertimbangan pajak, dan peluang kemitraan; serta sektor-sektor spesifik dalam pasar modal yang siap untuk berkembang dan sangat relevan bagi investor asing dari Tiongkok.
Tidak hanya melalui panel diskusi, para peserta juga diajak untuk mengikuti sesi klinik yang menghadirkan beberapa pembicara dari perusahaan-perusahaan ternama seperti PT Indomobil Sukses Internasional, Tbk, PT Adaro Power, Shanghai SUS Environment Corp Ltd, dan PT SAIC-GM Wuling Multifinance Indonesia.
Sesi klinik tersebut memperdalam beberapa fokus industri, seperti otomotif, logam dan pertambangan guna membahas pasar electric vehicle (EV) di kedua negara seperti regulasi pembiayaan dan peluang investasi dalam energi terbarukan serta sesi mengenai keberlanjutan, Indonesia Emas 2045 dan digitalisasi finansial.
Acara diakhiri dengan kegiatan berjejaring (networking) yang difasilitasi oleh Bank DBS Indonesia, sejalan dengan komitmennya untuk mendukung kemitraan strategis antara Indonesia dengan Tiongkok.