Jakarta – Analis saham emiten dari UBS Sekuritas Indonesia Joshua Tanja dan Ivan Reynaldo Sutheja merekomendasikan para investor untuk membeli saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dengan target harga/target price (TP) hingga Rp3.400.
Kedua analis UBS menyebut kehadiran BSI membawa pengaruh positif terhadap sektor perbankan syariah di Indonesia yang berkembang pesat dan lebih menguntungkan. Kehadiran BSI mendorong peningkatan pangsa aset perbankan syariah di Indonesia, dari total industri perbankan di mana pada 2023 sebesar 7,4 persen, saat ini sudah mencapai 8 persen dan 2026 diharapkan lebih tinggi lagi.
“Tentunya hal tersebut tak terlepas dari populasi sekitar 240 juta muslim di Tanah Air, atau yang terbesar di dunia,” jelas Joshua dalam keterangan resminya 13 Mei 2024.
Sementara itu, sebagai bank syariah terbesar di Indonesia BSI pun mendominasi aset perbankan syariah yang mencapai 42 persen pada 2023.
Margin pembiayaan bersih BSI yang tinggi sebesar 5,9 persen, sebanding dengan empat bank besar (BMRI, BBRI, BBNI, dan BBCA) disebabkan oleh biaya dana yang ‘superior’.
Ke depan, kata Ivan, inflasi tidak hanya memberikan ruang untuk penurunan suku bunga dan prospek pendapatan margin bersih (NIM) yang lebih baik untuk proyeksi 2025, namun juga menunjukkan prospek kualitas aset yang lebih baik.
“Kami memulai dengan target harga Rp3.400 berdasarkan estimasi PB 3,0 X pada 2025,” tambah Ivan.
Baca juga: BSI Berangkatkan 178.770 Ribu Jemaah Haji Indonesia ke Tanah Suci
Adapun rekomendasi harga tersebut merupakan target selama 12 bulan. Oleh karena itu, saat ini menjadi waktu yang tepat untuk membeli saham BRIS.
Adapun pada Mei 2024 hingga perdagangan Senin (13/5/2024) BRIS diperdagangkan di kisaran level harga RpRp2.280-Rp2.790.
Sementara, Rizky Budinanda, Head of Investor Relation BSI menjelaskan, perseroan senantiasa menjaga konsistensi dalam memberikan manfaat bagi umat khususnya nasabah melalui kinerja berkelanjutan.
Selain itu, perseroan selalu berkomitmen memberikan potential gain kepada investor atas investasi di saham BRIS.
“Saham BRIS ke depan merefleksikan prospek positif pertumbuhan kinerja berkelanjutan. Baik kinerja keuangan, prospek pasar perbankan syariah di Tanah Air yang pertumbuhannya masih luas, juga secara umum industri perbankan Indonesia yang masih tumbuh sehat dan berkelanjutan,” ujarnya.
Rizki lanjut merinci, laba BSI hingga kuartal I/2024 terdorong pula fokus perseroan pada dana murah dan mampu menjaga intermediasi dengan baik.
Dana pihak ketiga (DPK) BSI pun tumbuh pesat, yaitu 10,43 persen secara tahunan mencapai Rp297 triliun yang didominasi oleh dana murah berupa tabungan wadiah dengan persentase mencapai 38%.
Tabungan Wadiah BSI atau tabungan tanpa margin tersebut tumbuh 10,38% YoY dengan jumlah nasabah mencapai 13,9 juta. Jumlah tersebut lebih dari 60 persen nasabah.
Selain itu, dana murah di BSI mayoritas merupakan tabungan yang tumbuh 8,75 persen yoy, lebih tinggi dari industri sehingga cost of fund dapat terjaga.
Pencapaian tersebut berhasil membawa posisi BSI berada di peringkat 5 terbesar secara nasional dari sisi tabungan. Selain itu, dari segi pembiayaan mampu menyalurkan Rp247 triliun atau tumbuh 15,89 persen year on year (yoy), di mana sebanyak 54,62 persen disalurkan pada segmen konsumer.
Hingga kuartal I/2024, aset BSI mencapai Rp358 triliun tumbuh 14,25 persen atau tertinggi ke-3 di industri perbankan Tanah Air. Adapun Return On Asset (ROA) 2,51 persen, return on equity (ROE) 18,30 persen, dan financing to deposit ratio (FDR) sebesar 83,05 persen.
Baca juga: Terus Bernovasi, BSI Luncurkan Program Eksklusif Gabungkan Investasi Sukuk dan Emas
Sedangkan non-performing financing (NPF) gross 2,01 persen yang mencerminkan kualitas pembiayaan perseroan sangat terjaga dengan dengan level cost of credit dibawah 1 persen, yaitu 0,88 persen.
Sementara itu, cash coverage mencapai 196,61 persen hingga Maret 2024 yang merupakan inisiatif perusahaan untuk mencapai minimum treshold yang sebesar 200 persen.
“Kinerja tersebut menjadi salah satu indikator yang membuat kami optimistis akan diiringi pula dengan prospek saham BSI yang secara perlahan terus naik meski fluktuatif. Faktor fundamental yang kuat, rasio keuangan yang sehat, segmen konsumer ritel syariah yang terus diminati masyarakat, kami rasa akan diapresiasi dengan baik oleh investor di pasar modal,” ungkap Rizki. (*)