Jakarta – Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (16/4) indeks harga saham gabungan (IHSG) pagi ini dibuka anjlok ke level 7.106,95 atau melemah 2,47 persen dari level 7.285,78, usai libur panjang Lebaran 2024.
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 948,01 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 77 ribu kali, serta total nilai transaksi tercatat mencapai Rp1,68 triliun.
Kemudian, tercatat terdapat 274 saham terkoreksi, sebanyak 87 saham menguat dan sebanyak 217 saham tetap tidak berubah.
Baca juga: IHSG Diprediksi Melemah Usai Libur Lebaran, Ini Sentimennya
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat bahwa IHSG secara teknikal diprediksi akan bergerak mixed dan melemah pada rentang level 7.150 hingga 7.300.
“Hari ini IHSG diprediksi bergerak mixed dan melemah dalam range 7.150-7.300,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 16 April 2024.
Selain itu, terdapat sentimen yang akan memengaruhi IHSG hari ini di antaranya adalah pelemahan IHSG yang terjadi pada pekan 1-5 April 2024, sejalan dengan outflow investor asing di pasar ekuitas domestik sebesar Rp11,41 triliun.
“Meskipun tertekan karena aksi profit taking menjelang libur panjang, pergerakan IHSG dalam sepekan ditopang oleh sektor energi dan barang baku masing-masing melesat 1,57 persen dan 5,52 persen,” imbuhnya
Adapun, harga komoditas migas dan non migas, seperti batu bara, minyak mentah dan emas melonjak seiring dengan menguatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan potensi naiknya permintaan akibat solidnya ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China.
Baca juga: Pasar Obligasi Domestik Belum Berada di Zona Akselerasi, OJK Ungkap Pemicunya
Di sisi lain, pekan lalu pada Risalah FOMC, Pejabat The Fed memberikan pernyataan kekhawatiran akan inflasi yang sulit ditekan meskipun suku bunga telah berada di level tertinggi dalam 23 tahun terakhir.
Dengan, angka inflasi tahunan AS pada Maret 2024 melesat 3,5 persen dibandingkan pada Februari 2024 sebesar 3,2 persen. Pejabat The Fed belum yakin untuk menurunkan suku bunga jika inflasi masih jauh dari target 2 persen. (*)
Editor: Galih Pratama