Jakarta – Indeks acuan saham perbankan, infobank 15, memasuki babak baru pada pertengahan 2016. Saham perbankan dinilai memiliki prospek cerah setelah pemerintah mengumumkan bahwa bank-bank yang akan menampung dana repatriasi ialah bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3 dan 4.
Secara umum, perbankan di Indonesia yang memiliki fasilitas lock-up atau mengunci dana dengan periode tertentu berpeluang ditunjuk sebagai bank penampung dana repatriasi. Harapannya, melalui instrumen investasi yang dituangkan dalam undang-undang (UU) tax amnesty, bank-bank dapat mengunci dana repatriasi agar tidak mudah keluar dari Indonesia dalam periode cukup lama.
Berdasarkan data yang dihimpun Infobank, dalam kalkulasi pemerintah, dana repatriasi yang masuk setelah UU tax amnesty diberlakukan diperkirakan mencapai Rp4.000 triliun. Sementara itu, berdasarkan riset lembaga global seperti Credit Suisse, dana milik WNI di luar negeri diperkirakan sekitar US$200 miliar. Lembaga lain, yaitu McKinsey memperkirakan sebanyak US$232 miliar dan Tax Justice Network US$257 miliar.
Artinya, jika sebagian uang tersebut masuk ke perbankan, bank-bank sangat leluasa dalam mengelola likuiditas. Alhasil, kinerjanya pun bukan tidak mungkin akan terdongkrak pada periode ke depan.
Analis Infovesta, Beben Feri Wibowo, mengatakan, jika uang repatriasi tersebut benar-benar terbukti mengalir ke banyak bank, potensi kinerja bank untuk ke depan bisa makin baik, khususnya dari sisi kredit. Hal ini diprediksi akan mendorong kinerja saham makin positif.
“Saya melihat efek positif dari pengumuman pemerintah, terkait dana repatriasi yang bakal ditampung beberapa bank, seperti empat bank BUMN dan beberapa bank swasta sudah terlihat sejak UU tax amnesty diberlakukan. Saham bank banyak yang naik, khususnya saham bank BUMN,” kata Beben kepada Infobank, bulan lalu.
Saat ini konstituen indeks infobank15 untuk periode Juli hingga Desember 2016 ialah saham Bank Central Asia (BBCA), Bank Bukopin (BBKP), Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Danamon Indonesia (BDMN), BPD Jawa Barat dan Banten (BJBR), Bank Mandiri (BMRI), Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Bank Windu Kentjana International (MCOR), Bank Pan Indonesia (PNBN), Bank Capital Indonesia Tbk (BACA), Bank Tabungan Negara (BBTN), Bank Sinarmas (BSIM), BPD Jawa Timur (BJTM), dan Bank OCBC NISP (NISP). BJTM dan MCOR menjadi dua saham baru di indeks infobank15 menggeser Bank Mayapada Internasional (MAYA) dan Bank Mega (MEGA).
BEI dan Majalah Infobank akan melakukan peninjauan berkala atas komponen indeks infobank15. Peninjauan itu dilakukan setiap enam bulan dengan melihat penilaian dari rating bank dan ukuran good corporate governance serta memerhatikan aktivitas transaksi, seperti nilai transaksi, frekuensi transaksi, jumlah hari transaksi, kapitalisasi pasar, dan rasio free float saham.
Posisi indeks infobank15 sampai dengan periode Juni tercatat berada di level 528,69 atau naik 4,58% dari posisi Mei yang berada di level 505,51. Saham-saham penggerak indeks seperti BBCA sampai dengan 19 Juli 2014 berada di Rp14.300, disusul BBRI di Rp11.800, BMRI di Rp10.100, dan BBNI di Rp5.600.(*) Dwitya Putra