Jakarta–Memasuki bulan Ramadhan, tekanan inflasi DKI Jakarta meningkat, namun masih terkendali. Meningkatnya permintaan masyarakat pada bulan Ramadhan, terkait aktivitas konsumsi untuk selama bulan puasa dan persiapan Hari Raya Idul Fitri, membawa DKI Jakarta mengalami inflasi sebesar 0,52% secara bulanan (month to month/mtm).
Pencapaian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi satu bulan sebelum Idul Fitri dalam lima tahun terakhir, yaitu 0,48% (mtm). Hal itu terjadi karena relatif dekatnya jarak waktu dengan Hari Raya Idul Fitri 2016 yang jatuh pada minggu pertama Juli 2016, yang tidak terjadi pada lima tahun sebelumnya. Masih terkendalinya inflasi DKI Jakarta juga tercermin dari capaian yang lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 0,66% (mtm).
Inflasi DKI Jakarta pada bulan Juni 2016 dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat menghadapi persiapan Hari Raya Idul Fitri dan masa libur panjang serta meningkatnya pendapatan menjelang hari raya keagamaan karena adanya Tunjangan Hari Raya. Beberapa komoditas yang umumnya mengalami peningkatan permintaan dan kenaikan harga menghadapi pola musiman ini adalah transportasi, sandang dan bahan makanan.
Melanjutkan kenaikan pada bulan sebelumnya, inflasi kelompok bahan pangan yang bergejolak (volatile foods) kembali menunjukkan peningkatan dan menjadi sumber utama inflasi pada bulan Juni. Kenaikan terutama berasal dari komoditas jeruk, kentang dan daging ayam ras yang mengalami inflasi masing-masing sebesar 6,79% (mtm), 17,49% (mtm) dan 2,48% (mtm). Kenaikan disebabkan oleh tingginya tingkat permintaan serta pasokan yang relatif terbatas. Khusus daging ayam ras dampak dari pemusnahan parentstock broiler beberapa bulan sebelumnya, yang menurunkan pasokan, dan meningkatnya permintaan terkait subtitusi pangan dari daging sapi ke daging ayam memicu kenaikan harga komoditas tersebut. Substitusi terjadi terkait dengan masih bertahannya harga daging sapi pada level yang cukup tinggi.
Walau demikian, laju inflasi volatile food masih tertahan oleh penurunan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan, yang mengalami deflasi sebesar 3,72% (mtm). Hal ini didorong oleh turunnya harga cabai merah dan bawang merah di pasar, seiring pasokan yang memadai. Cabai merah dan bawang merah masing-masing mengalami deflasi 4,52% dan 9,85% (mtm). Secara keseluruhan, pencapaian inflasi bahan makanan pada Juni 2016 sebesar 1,32% (mtm), jauh lebih terkendali dibandingkan dengan inflasi pada bulan-bulan menjelang perayaan hari raya Idul Fitri dalam lima tahun terakhir yang mencapai rata-rata 1,58% (mtm). Pelaksanaan program TPID Provinsi DKI Jakarta melalui berbagai strategi pengaturan stok, operasi pasar, dan pasar murah yang melibatkan BUMD Provinsi DKI Jakarta di bidang pangan, SKPD Provinsi DKI Jakarta, serta instansi lain baik pemerintah maupun swasta, cukup mampu meredam gejolak pangan sepanjang pada bulan puasa.
Sementara di kelompok administered prices juga mengalami kenaikan inflasi. Tingginya tingkat permintaan akan jasa transportasi pada masa libur sekolah, dan menjelang Hari Raya Idul Fitri, terutama pada angkutan udara dan angkutan antarkota menyebabkan kedua moda transportasi tersebut mengalami inflasi masing-masing sebesar 9,98% (mtm) dan 3,94%(mtm). Perkembangan harga ini membawa kelompok transpor, Komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,67% (mtm). Selain jasa transportasi, kebijakan pemerintah menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) per 1 Juni 2016 pada 12 kelompok nonsubsidi membawa tarif listrik mengalami inflasi sebesar 0,72% (mtm). Ketiga komoditas tersebut menjadi pendorong utama kenaikan laju inflasi administered prices.
Inflasi juga dipicu oleh naiknya beberapa komoditas pada kelompok inti, walau masih relatif terbatas. Komoditas yang tergabung pada sandang serta makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau merupakan pendorong utama kelompok ini. Budaya masyarakat dalam membeli pakaian baru beserta perlengkapan sandang lainnya seperti emas perhiasan untuk keperluan Hari Raya Idul Fitri, menjadi penyebab utama naiknya inflasi sandang, yang mencapai 0,87% (mtm). Dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, meningkatnya inflasi dipicu oleh dorongan permintaan kue-kue seperti biskuit dan kue kering dalam rangka persiapan hari raya. Kenaikan harga-harga komoditas tersebut juga didorong oleh meningkatnya harga bahan baku seperti telur, margarin, kelapa, dan santan jadi, di samping kenaikan margin pedagang yang memanfaatkan prilaku konsumsi masyarakat menghadapi hari raya. Berbagai perkembangan yang ada membawa kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,22% (mtm).
Memerhatikan pola pergerakan harga-harga, dan rencana kebijakan pemerintah di bidang harga, tekanan inflasi pada Juli 2016 diprakirakan masih akan meningkat. Konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan dan jasa transportasi masih akan tinggi hingga Juli 2016, seiring dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri serta bertepatan dengan libur anak sekolah. Selain itu, dimulainya tahun ajaran baru untuk anak sekolah pada pertengahan Juli 2016 juga diprakirakan akan menyumbang inflasi secara umum.
Penguatan koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI melalui TPID sangat diperlukan untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi tahun 2016. Pengamanan stok pangan DKI melalui penguatan peran BUMD dan kerjasama antardaerah perlu terus diupayakan. Diperlukan komitmen yang kuat untuk mengimplementasi Roadmap Program Pengendalian Inflasi yang telah disusun oleh TPID agar inflasi yang rendah dan stabil, yang dapat menjamin pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan dapat terwujud. (*)
Editor: Paulus Yoga