Jakarta–PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menambah lagi kantor cabang berbasis iB di Banda Aceh. Kantor Cabang Bank BTN Syariah ini merupakan kantor cabang syariah yang ke 23.
Saat ini bisnis syariah di Bank BTN masih sebagai Unit Usaha Syariah (UUS). “Kami masih terus akan mengembangkan bisnis UUS ini sampai pada akhirnya tiba saatnya untuk melakukan spin-off. Pembukaan UUS di kota Banda Aceh adalah strategi bisnis yang dilakukan perseroan untuk meningkatkan pertumbuhan UUS Bank BTN,” kata Direktur Utama BTN, Maryono dalam siaran persnya di Jakarta, Senin, 20 Juni 2016.
Maryono mengatakan, prospek bisnis perbankan syariah Kota Banda Aceh khususnya & Provinsi Aceh sangatlah besar. Jika dibanding daerah lain secara nasional Banda Aceh mempunyai potensi lebih besar.
Berdasarkan data per Desember 2015, pangsa pasar aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan secara umum di Aceh adalah relatif lebih besar, yaitu 12,88%.
“Sementara pangsa pasar syariah terhadap perbankan Nasional tercatat hanya 4,86%,” tegasnya.
Kondisi itu menunjukkan masyarakat di propinsi Aceh telah merespon dengan baik bisnis perbankan berbasis iB. Ditambah dengan kebijakan dari OJK dan dukungan dari pemerintah daerah dalam mendukung perkembangan bisnis perbankan syariah, jelas akan memberikan nilai tambah terhadap bisnis syariah di wilayah ini.
“Kami optimis pembukaan kantor cabang BTN Syariah di wilayah ini selain akan memberikan kontribusi dalam ikut serta menumbuhkan ekonomi di wilayah ini, juga akan meningkatkan bisnis syariah Bank BTN,” tukasnya.
Optimisme itu diperkuat dengan potret bisnis Bank BTN Konvensional yang telah ada sebelumnya di wilayah propinsi Aceh. Dalam 2 tahun terakhir aset BTN Banda Aceh Konvensional telah tumbuh 78%. Sementara kredit tumbuh sebesar 80%, tegas Maryono.
UUS Bank BTN secara nasional telah memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam penyaluran pembiayaan BTN berbasis iB. Dalam 3 tahun terakhir pembiayaan yang diberikan oleh UUS Bank BTN telah tumbuh sebesar 37,80%. Pertumbuhan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan KPR secara nasional yang hanya tumbuh 16,88%. (*) Dwitya Putra
Editor: Paulus Yoga