Jakarta – Mastercard Strive Indonesia resmi menggandeng sembilan mitra baru yang berasal dari berbagai industri seperti e-commerce, perbankan, dan modal ventura. Para mitra baru ini secara signifikan akan memperluas jangkauan program dan bekerja bersama dengan para inisiator program, yaitu Mastercard Center for Inclusive Growth, Dewan Nasional Keuangan Inklusif, dan Mercy Corps Indonesia.
Subhashini Chandran, Vice President, Social Impact, Asia Pacific, Mastercard Center for Inclusive Growth, mengatakan pasar e-commerce di Indonesia telah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, dengan mencakup hampir 50 persen pangsa pasar dan diproyeksikan menyentuh US$ 95 miliar pada tahun 2025.
Meskipun begitu, baru 29% dari UMKM yang telah memanfaatkan e-commerce untuk mengakses pasar dan bertumbuh. Mastercard Strive Indonesia akan terus berusaha untuk menciptakan lingkungan yang mendukung melalui kemitraan guna membantu UMKM masuk dalam ekonomi digital den berkembang.
“Kami, Mastercard meyakini dalam upaya untuk mengembangkan ekonomi digital yang lebih inklusif dan berkelanjutan sehingga dapat dinikmati oleh semua individu di manapun mereka berada. Kolaborasi memiliki potensi untuk membawa kemajuan yang sangat besar,” ujarnya, Kamis, 31 Agustus 2023.
Baca juga: Mastercard Strive Indonesia, Targetkan Dampingi 300 Ribu UMKM
Sementara itu, Mastercard Strive Indonesia yang diluncurkan pada April tahun ini, bertujuan untuk memberdayakan 300.000 pelaku usaha pada tahun 2025, dengan target khusus pada usaha yang dimiliki oleh perempuan. Mastercard Strive Indonesia berpusat pada penguatan ekosistem pendukung usaha kecil dengan menjawab tiga tantangan utama yang dihadapi oleh UMKM, yaitu mendapatkan modal, go digital, serta mengembangkan jaringan dan pengetahuan.
Dalam kesempatan ini, mitra-mitra baru yang akan mendukung program Mastercard Strive Indonesia, diantaranya, pertama Shopee dan MicroMentor Indonesia, yang akan membantu membangun keterampilan digital melalui pemanfaatan perangkat digital mencakup penyebaran informasi, pelatihan, pendampingan, pemrosesan pembayaran, dan pemasaran digital.
Kedua, payment gateway Doku untuk mempercepat adopsi digital bagi usaha kecil dengan meningkatkan opsi pembayaran yang nyaman dan aman, termasuk alat digital dan program pelatihan untuk mengembangkan bisnis mereka secara digital.
Ketiga, bank bjb, akan menyediakan edukasi literasi keuangan, pengelolaan keuangan berbasis digital, serta berbagai sumber daya edukatif bagi usaha kecil. Fokus utama bank bjb adalah untuk mengatasi kendala-kendala yang ada dan membuka peluang akses terhadap layanan kredit.
Keempat, Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang akan melakukan penelitian mengenai digitalisasi usaha kecil, yang nantinya menjadi menjadi dasar untuk membangun Strive Digitalization Learning Networks, sebuah platform untuk berkolaborasi, berbagi pengetahuan, dan menginformasikan kebijakan yang mendukung usaha kecil.
Kelima, Komunitas usaha kecil Asosiasi Business Development Services Indonesia (ABDSI) dan Perwira PMI yang akan membentuk jaringan mentor untuk pengembangan usaha kecil.
Ahmad Dading Gunadi, Direktur Pengembangan UMKM dan Koperasi Bappenas mengungkapkan sebagai pemimpin Digitalization Learning Network, Bappenas berkomitmen untuk memberikan perspektif penting yang selaras dengan poin-poin penting dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
“Jaringan ini akan menjadi nilai tambah bagi studi kami yang mengidentifikasi tantangan yang akan dihadapi usaha kecil di Indonesia dalam 10 sampai 20 tahun mendatang. Selain itu, pendekatan ini akan membantu Bappenas dalam merumuskan perencanaan strategis untuk meningkatkan kemampuan adaptasi dan ketahanan UMKM di masa yang akan datang,” ungkapnya, Kamis, 31 Agustus 2023.
UMKM Jawa Barat Perlu Akses Promosi dan Keterampilan Digital
UMKM memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dengan jumlah mencapai 65 juta atau 99 persen dari total jumlah perusahaan nasional. UMKM juga berkontribusi terhadap 61 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Kendati demikian, masih banyak usaha kecil yang harus lebih diperkuat agar dapat terus bertahan dalam keadaan ekonomi yang berubah begitu cepat.
Baca juga: UMKM Belum Siap, Penerapan Pajak di E-Commerce Tidak Bisa Dipaksakan
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Mercy Corps Indonesia terhadap 474 UMKM di Jawa Barat menunjukkan bahwa 27% dari responden mengutarakan perlunya akses pemasaran dan promosi; 20% membutuhkan peningkatan akses terhadap fasilitas kredit; 34% membutuhkan keterampilan digital; dan 21% mengalami kesulitan dalam pencatatan keuangan.
Ade Soekadis, Executive Director, Mercy Corps Indonesia, mengatakan melalui kolaborasi ini, Mercy Corps Indonesia akan memastikan Usaha Mikro dan Kecil (UMK), terutama usaha yang dipimpin atau dimiliki oleh perempuan, diberdayakan melalui digitalisasi dan layanan keuangan yang inklusif.
“Selain itu, kami berkomitmen untuk mendorong perubahan kebijakan untuk mendukung ekosistem UMK dengan membangun Digital Learning Network, yang akan secara aktif terlibat dalam berbagai kegiatan diskusi dan seminar,” ujar Ade, Kamis, 31 Agustus 2023. (*) Ayu Utami