Jakarta – UBS melaporkan laba bersih mencapai USD1,03 miliar atau setara Rp15,3 triliun (asumsi kurs Rp14.941 per dolar AS) pada kuartal pertama 2023. Hasil ini anjlok 52% secara tahunan di tengah masalah litigasi warisan.
“Ini adalah hasil pertama bank sejak mengumumkan pengambilalihan saingannya Credit Suisse,” tulis analis seperti dikutip CNBC, Rabu, 26 April 2023.
Sebelumnya, analis memperkirakan UBS akan membukukan laba bersih mencapai USD1,75 miliar atau Rp26,1 triliun pada periode tersebut (kuartal-I 2023).
Biang kerok penurunan laba bersih tersebut berasal dari peningkatan provisi sebesar USD665 juta menyusul masalah litigasi sekuritas.
“Kami sedang dalam diskusi lanjutan. Mudah-mudahan kita bisa segera menutup bab berusia 15 tahun ini,” kata CEO UBS Sergio Ermotti dalam sebuah wawancara.
Dia menyakini dengan mengakuisisi Credit Suisse, kinerja UBS ke depannya akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dan solid.
“Kami melihat beberapa arus masuk datang dari Credit Suisse, tetapi yang paling penting, kami terus melihat bahkan setelah transaksi, kami melihat arus masuk, jadi bukti bahwa klien kami yakin kami adalah sumber stabilitas,” kata Ermotti.
“Kami adalah bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah,” tambahnya.
Rincian Keuangan UBS
Pendapatan UBS mencapai USD 8,75 miliar atau setara Rp 130,7 triliun dibandingkan USD 9,38 miliar atau setara Rp 140,1 triliun setahun yang lalu.
Sedangkan untuk biaya operasional mencapai USD 7,2 miliar atau setara Rp107,5 triliun dari USD6,6 miliar atau setara Rp98,5 triliun tahun lalu. Lalu, rasio modal CET 1, ukuran solvabilitas bank, mencapai 13,9% dibandingkan tahun lalu 14,1%.
Saham UBS telah melonjak lebih dari 10% sejak berita mereka membeli Credit Suisse. Pada saat itu, UBS mengatakan bahwa kesepakatan tersebut, yang ditengahi oleh regulator Swiss, akan menciptakan “manajer kekayaan global terkemuka” dengan total aset yang diinvestasikan lebih dari USD5 miliar.(*)