JAKARTA — Pemerintah berhasil melakukan evakuasi terhadap 538 warga negara Indonesia (WNI) yang sebagian besar tinggal di Khartum, yakni daerah yang tengah dilanda konflik perang militer di Sudan.
Mereka yang dievakuasi terdiri dari mahasiswa, pekerja migran, karyawan perusahaan Indofood, serta staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan, proses evakuasi sendiri dimulai dengan memberangkatkan mereka dari Khartum menuju Pelabuhan Sudan, pukul 08.00, Minggu (23/4/2023). Waktu tempuh perjalanan darat sejauh 830 kilometer itu sekitar 15 jam.
Sepanjang perjalanan, rombongan 538 warga Indonesia yang dievakuasi tersebut menemui sekitar 15 pos pemeriksaan.
Rencana awal seluruh WNI akan dievakuasi dengan memanfaatkan gencatan senjata yang ada.
“Namun karena adanya pembatasan bahan bakar untuk bus yang mengangkut para WNI, maka evakuasi tidak dapat dilakukan dalam satu tahap,” ujar Retno melansir VOA, dikutip 25 April 2023.
Dalam catatan KBRI Khartoum, orang Indonesia yang menetap di Sudan sebanyak 1.209. Dari jumlah itu, menurut Ketua Ikatan Mahasiswa Indonesia di Sudan Abduh, pelajar dan mahasiswa sebanyak 785.
“Alhamdulillah, pada pukul 01:00 dini hari waktu (setempat) 538 WNI telah tiba dengan selamat di Kota Port Sudan. Mereka terdiri dari perempuan (273), laki-laki (240), dan balita (25 orang),” kata Retno.
Lanjutnya, pada evakuasi tahap kedua akan terdapat 289 warga Indonesia, sebagian besar mahasiswa dan lima pekerja perusahaan.
Dirinya mengimbau agar setiap warga Indonesia yang masih berada di Sudan dan belum melapor diri agar segera melaporkan keberadaannya ke KBRI Khartoum supaya mereka dapat dievakuasi pada tahap kedua.
Menlu Retno memohon doa kepada seluruh rakyat Indonesia agar evakuasi tahap selanjutnya dapat dilakukan dengan selamat. Pasalnya, situasi di Sudan sangat “cair dan dinamis”.
Proses evakuasi warga Indonesia dari Sudan tidak mudah karena perang masih berlangsung. Keselamatan warga Indonesia, tambahnya, tetap prioritas nomor satu.
Pihaknya mengaku akan terus memantau proses evakuasi warga Indonesia di Sudan dari jam ke jam, serta melaporkan perkembangannya kepada Presiden Joko Widodo.
Sementara itu, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono akan mengirim pasukan gabungan untuk membantu proses evakuasi WNI dari Sudan. Pasukan tersebut di antaranya terdiri dari Prajurit Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) Angkatan Udara dan tim kesehatan.
“Rencana akan diberangkatkan besok pagi dengan kru pesawat, pengamanan, dokter dan lainnya yang berjumlah 39 orang,” terang Yudo kepada wartawan di Lanud Halim Perdanakusuma, Senin (24/4).
Pengiriman pasukan elite TNI Angkatan Udara tersebut diharapkan dapat mengamankan proses evakuasi WNI, mengingat kondisi di lapangan yang masih tidak kondusif di Sudan, tambah Yudo.
Dia menambahkan tim yang dikirim tersebut akan mengevakuasi WNI dari Port Sudan ke Jeddah dengan prioritas membawa sejumlah WNI Lansia, anak-anak dan ibu hamil.
Tim bantuan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ibu Kota Riyadh dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah) juga sudah bergerak.
Perang antara pasukan Angkatan Bersenjata Sudan yang dipimpin Jenderal Abdil Fattah al-Burhan dengan paramiliter RSF (Pasukan Sokong Cepat) yang dikomandoi Jenderal Muhammad Hamdan Dagalu pecah sejak dua pekan lalu.
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), pertempuran di Ibu Kota Khartoum dan kota-kota lain di Sudan telah menewaskan lebih dari 400 orang dan melukai paling tidak 3.500 lainnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra