Indonesia Waspada, Covid-19 di Singapura dan Malaysia Naik

Indonesia Waspada, Covid-19 di Singapura dan Malaysia Naik

Jakarta – Dua negara tetangga Indonesia, yakni Singapura dan Malaysia mencatatkan peningkatan angka COVID-19 yang signifikan. Jumlah kasus harian COVID-19 di Singapura menjadi 4.000 kasus, di mana bulan lalu hanya menyentuh 1.400 kasus.

Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengatakan, infeksi kasus harian COVID-19 melonjak dari sekitar 1.400 dalam sebulan menjadi sekitar 4.000 kasus pada minggu lalu.

Berdasarkan data pihaknya, tiga dari 10 kasus COVID-19 adalah kasus reinfeksi atau pasien yang kembali terpapar COVID-19. Angka reinfeksi melonjak sekitar 20% – 25% dibanding gelombang sebelumnya.

“Jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, naik dari 80 menjadi 220 selama sebulan terakhir. Penerimaan perawatan intensif juga tetap stabil dan rendah, dengan kurang dari 10 pasien pada satu waktu selama sebulan terakhir,” katanya, dinukil Straits Times, Senin, 16 April 2023.

Menurutnya, meski jumlah kasus COVID-19 di negaranya melonjak, namun gejala yang ditimbulkan dinilai tidak lebih parah dari subvarian-subvarian sebelumnya.

Meski begitu, pihaknya tetap mendesak mitra komunitas dan dokter umum turut membantu melakukan edukasi dan mengedepankan protokol kesehatan seperti penggunaan masker jika merasakan gejala sakit serta melakukan vaksinasi rutin bagi kelompok usia rentan.

Di Malaysia, pasien COVID-19 di sejumlah rumah sakit meningkat 17,6% pada bulan April. Sebagian besar kasus mempunyai gejala ringan sehingga tidak begitu membahayakan.

“Kematian diantara pasien yang tidak melakukan vaksinasi enam kali lebih tinggi dibanding yang telah melakukan vaksinasi booster,” Menteri Kesehatan Malaysia Zaliha Mustafa.

Data pihaknya menyebut, sejak awal 2023 hingga Selasa (11/4/2023), tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) COVID-19 sebesar 0,3 persen dibanding gelombang COVID-19 Delta yang CFR-nya lebih tinggi 2,1 persen.

Di mana, sebanyak 63,8 persen melibatkan pasien rentan usia di atas 60 tahun, sementara sekitar 90,7 persen merupakan pasien dengan penyakit bawaan.

“Kematian di antara pasien yang tidak divaksinasi enam kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah mendapatkan vaksin booster,” pungkasnya.

Dua Kasus Varian Arkturus di Indonesia

Di Indonesia, data COVID-19 tercatat pada Minggu (16/4/2024), mengalami lonjakan sebanyak 907 kasus, sehingga total kasus COVID-19 di Tanah Air mencapai 6.757.445.

Angka tersebut diperkirakan akan meningkat di tengah tingginya jumlah masyarakat yang akan melakukan mudik Lebaran tahun ini.

Kementrian Kesehatan telah mengonfirmasi dua kasus COVID-19 dengan infeksi subvarian Omicron XBB 1.16 atau subvarian Arcturus ditemukan di Indonesia.

Kedua kasus tersebut ditemukan pada 23 dan 27 Maret 2023 dari dua orang warga DKI Jakarta yang salah satunya baru melakukan perjalanan ke luar negeri.

Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta dr Ngabila Salama mengatakan, salah satu pasien merupakan pelaku perjalanan luar negeri dari India yang tiba di Jakarta pada 16 Maret 2023.

“Pasien tersebut mengalami gejala ringan berupa batuk, pilek dan nyeri otot,” katanya, dikutip, Jumat (14/4/2023).

Sebelumnya, subvarian anyar COVID-19 Arcturus diduga menjadi penyebab utama terjadinya lonjakan kasus COVID-19 di berbagai negara, salah satunya India.

Sebuah studi para ilmuwan di Universitas Tokyo menemukan, COVID-19 subvarian Arcturus lebih menular 1-2 kali daripada varian strain Kraken yang sebelumnya menjadi sorotan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WHO pun memperingatkan, subvarian Arcturus akan menyebar ke seluruh dunia dalam waktu dekat.

“Subvarian Arcturus sudah menyebar selama beberapa bulan dengan tingkat penularan lebih tinggi,” jelas pimpinan teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk COVID-19, Maria Van Kerkhove, dikutip Daily Express. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News