Jakarta – PT AIA Financial (AIA) bersama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melakukan kolaborasi dalam mendorong kesetaraan dan inklusivitas termasuk para individu neurodivergent di masyarakat. Hal ini juga selaras dengan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) kedua perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap bakat individu neurodivergent.
Lia Merdekawaty, Head of Corporate Communication AIA mengatakan, di bawah komitmen AIA Sehat Untuk Negeri dengan prinsip perusahaan yang berfokus pada ESG, pihaknya ingin mendorong semangat kesetaraan dan inklusivitas berkolaborasi dengan dua seniman neurodivergent muda, sekaligus memberikan kesempatan dan wadah untuk menunjukkan bakat spesial mereka.
“Melalui karya seni yang diciptakan, kita diajak untuk memandang dunia dengan perspektif yang unik dan berbeda. Kami berharap kolaborasi dengan BCA dan kedua seniman muda yang bernaung di bawah VOCA, sebuah komunitas seni yang hadir untuk memberdayakan para seniman muda tanah air dengan cara berpikir yang spesial, dapat mengajak lebih banyak nasabah dan masyarakat untuk mengapresiasi bakat para individu neurodivergent,” ujarnya dikutip 5 April 2023.
Sementara itu, Jadrawati, Senior Vice President Wealth Management BCA menambahkan, pihaknya sangat senang dapat mendukung dua seniman neurodivergent muda untuk dapat memperlihatkan bakat mereka kepada lebih banyak orang di Indonesia. Inisiatif ini diharapkan dapat turut mewujudkan inklusivitas seniman muda Indonesia agar dapat berkarya dan berekspresi.
Dalam hal ini, bertepatan dengan Hari Kesadaran Autisme Sedunia, AIA bersama BCA meluncurkan souvenir eksklusif hasil karya seni dua seniman neurodivergent muda dengan autisme, Rafy Rasyad (25 tahun) dan Abhiyasa Adhi Pradhanika (13 tahun). Mengangkat tema “Embrace the Wonders”, inisiatif ini merupakan bagian dari usaha kedua perusahaan dalam mendorong kesetaraan dan inklusivitas termasuk para individu neurodivergent di masyarakat.
Rafy menggunakan media colored pencil, ink, dan marker untuk menyelesaikan lukisan empat ikon Indonesia yang sarat detail dengan kombinasi warna yang dinamis, sedangkan Abhiyasa membuat karya di atas kanvas menggunakan teknik acrylic pouring yang membuat lukisan abstrak ciri khasnya terlihat seperti hidup dan harmonis. Kedua seniman menggunakan company color palette AIA dan BCA.
Sejalan dengan tema Hari Kesadaran Autisme Sedunia tahun 2023 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertema “Bertransformasi: Menuju Dunia yang Inklusif terhadap Keragaman Neurodiversitas bagi Semua”, AIA dan BCA mengajak masyarakat untuk lebih memahami dan peduli pada individu dengan perbedaan neurologis atau neurodivergent termasuk autisme, serta mengapresiasi bakat mereka termasuk karya seni.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat terdapat lebih dari 5.530 kasus individu dengan perbedaan neurologis seperti autisme di Indonesia selama periode tahun 2020-2021. Mereka mungkin memiliki kesulitan dalam beberapa aspek kehidupan, tetapi beberapa dari mereka juga memiliki bakat dan kelebihan yang tidak dimiliki individu biasa.
Stephen M. Shore, seorang guru besar di Adelphi University, dalam penelitiannya menemukan bahwa anak-anak dengan spektrum autisme memiliki kecerdasan yang sangat tinggi pada bidang tertentu seperti matematika, musik, dan seni.
Berangkat dari kepedulian terhadap individu dengan bakat spesial tersebut, VOCA hadir sebagai komunitas yang memfasilitasi penyaluran bakat dan karya seni para seniman neurodivergent dewasa maupun anak-anak, melalui penyelenggaraan lokakarya seni. “Kepedulian masyarakat Indonesia terhadap individu neurodivergent masih cenderung rendah, karenanya VOCA berharap kolaborasi ini dapat mendorong masyarakat agar lebih menyadari dan mengapresiasi kelebihan dan bakat unik yang dimiliki individu neurodivergent,” tambah Venessa Tirta, Founder dari VOCA.
Karya seni Rafy dan Abhiyasa akan menjadi souvenir eksklusif dari AIA dan BCA dengan tema “Embrace the Wonders”, sebagai ajakan bagi masyarakat untuk mengapresiasi hasil karya seni yang digambarkan melalui perspektif seniman neurodivergent. (*)