Mengapa Prakerja Pakai Web, Bukan Aplikasi? Ini Jawabannya

Mengapa Prakerja Pakai Web, Bukan Aplikasi? Ini Jawabannya

Jakarta – Pro kontra penggunaan situs web dan aplikasi untuk sebuah produk digital yang melayani publik berskala besar masih menjadi perdebatan banyak pihak. 

Pasalnya, saat ini program Prakerja 2023 puluhan juta orang dari beragam latar belakang serta bagaimana membangun produk digital yang consumer-centric. 

Software Development Engineer Sayurbox Irfan Maulana mengatakan, ada beberapa kelebihan mengapa sebuah layanan digital menggunakan web, bukan berupa aplikasi. 

Antara lain, karena kecepatan pembuatan web lebih cepat daripada aplikasi, yang masih harus membutuhkan persetujuan Google Play Store maupun Apple Store.

“Pilihan membuat layanan web lebih masuk akal. Banyak e-commerce dibuat dari web dulu. Setelah tim cukup kuat, baru masuk ke aplikasi,” katanya. 

Di lain sisi, Senior Vice President, Head of Design and Research Hijra Bank Borrys Hasian mengingatkan bahwa tujuan membuat layanan digital bukan untuk menunjukkan canggih, maju, atau mudahnya produk digital itu, melainkan bagaimana membuat hidup masyarakat pengguna lebih baik karenanya. 

”Saat mendesain sebuah layanan, jantungnya harus pada empati, tahu apa keinginan penggunanya. Masyarakat butuh apa dulu, baru cari penyelesaian masalahnya. Pola ini sudah dilakukan Prakerja,” jelasnya. 

Baca juga: Telan Anggaran Rp59 T, Manajeman Prakerja Klaim Tidak Ada Korupsi

Sementara, Chief of Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan sekaligus Staf Ahli Menteri Kesehatan Setiaji menyampaikan pandangan tentang menjamurnya aplikasi pemerintahan. 

Hal ini kata dia dinilai tidak efektif karena dari tujuan ingin mendapatkan data, kemudian setiap organisasi membuat aplikasi tanpa ada cetak biru yang jelas. “Ini kan bukan digitalisasi namanya, tapi digitasi,” ujar Setiaji. 

Teknologi Komputasi Cloud

Spesialis Senior Sektor Keuangan Bank Dunia dan Samsu Sempena mengungkapkan, program Kartu Prakerja sudah menggunakan fitur liveness dan face recognition mengingat Prakerja menggunakan anggaran pemerintah sehingga wajib akuntabel. 

“Anggaran Prakerja yang besar perlu dikawal ketat agar dapat disalurkan ke penerima yang tepat. Untuk mencegah oknum-oknum yang mencari keuntungan pribadi, kita perlu menambahkan lapisan keamanan tambahan,” tambahnya.

Ia memerinci, Prakerja menerapkan teknologi liveness untuk mengecek apakah orang yang di depan kamera adalah orang sungguhan. Sedangkan teknologi face recognition mencocokkan foto wajah dengan basis data utama di data kependudukan Dukcapil. 

“Jadi, kedua teknologi ini memastikan bahwa pendaftar dan penerima itu betul-betul orang, dan sesuai identitasnya,” pungkasnya.(*)

Related Posts

News Update

Top News