Rilis Minutes of Meeting FOMC Bikin Pasar Berfluktuasi

Rilis Minutes of Meeting FOMC Bikin Pasar Berfluktuasi

oleh Agung Galih Satwiko

 

PASAR saham di Asia kemarin melemah karena kekhawatiran akan naiknya Fed Fund rate bulan depan. Indeks Kospi Korea turun 0,5% dan indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,7%. Di Eropa, DAX Jerman turun tipis 1,5%, dan S&P 500 di AS turun 0,4%.

Sentimen investor Asia (dan juga Eropa) turun setelah minutes of meeting FOMC bulan April menunjukkan bahwa FOMC tidak mengesampingkan kemungkinan kenaikan Fed Fund rate pada bulan Juni mendatang, sepanjang data ekonomi AS menunjukkan perbaikan. Potensi naiknya tingkat bunga AS akan menarik investor dari Negara berkembang dan pindah ke aset dalam USD. Namun demikian terdapat satu faktor yang berpotensi menunda keputusan the Fed untuk menaikkan Fed fund rate, yaitu referendum Brexit. Implied probability kenaikan Fed Fund rate pada bulan Juni mendatang kini di kisaran 30%.

Pemerintah Jepang menghadapi tantangan serius berupa penolakan AS terkait rencana intervensi BOJ maupun Pemerintah Jepang untuk melemahkan Yen. Pernyataan Menteri Keuangan Jepang dan Gubernur BOJ bahwa Jepang siap melakukan intervensi pasar secara langsung untuk melemahkan Yen yang cenderung menguat akan menjadi permasalahan dalam hubungannya dengan AS dan Negara G7 lainnya. Sebagaimana diketahui, Negara-negara G7 (dan juga G20) memiliki komitmen untuk tidak secara sengaja melakukan upaya melemahkan mata uangnya dalam rangka meningkatkan ekonominya. Pelemahan mata uang secara sengaja di suatu Negara akan mendorong Negara lain melakukan hal yang sama dan terus sehingga seluruh mata uang akan mengalami kejatuhan.

Bank Indonesia kemarin memutuskan mempertahankan BI rate di level 6,75%. RDG BI juga memutuskan deposit facility dan lending facility masing-masing di level 4,75% dan 7,25%. Demikian juga dengan 7-day reverse repo rate dipertahankan di level 5,5%. BI melihat kondisi stabilitas makro ekonomi masih terjaga, yang tercermin dari inflasi yang terkendali, current account deficit yang membaik, dan nilai tukar Rupiah yang cukup stabil. Namun demikian di sisi lain, pertumbuhan konsumsi dan investasi domestik masih belum cukup kuat. Dalam kesempatan yang sama BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2016 dari 5,2% – 5,6% menjadi 5% – 5,4%.

Ekonomi Filipina tumbuh lebih cepat dari Negara di kawasan Asia Tenggara lainnya. Pada triwulan 1-2016 ekonomi Filipina tumbuh 6,9%, pertumbuhan tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Dari Eropa, data penjualan ritel UK naik 1,3% di bulan April (m-o-m) dan 4,3% y-o-y. Konsumen tampaknya mulai dapat mengesampingkan kekhawatiran akan keluarnya UK dari EU. Polling terakhir yang diselenggarakan oleh Evening Standard newspaper menunjukkan bahwa 55% responded UK ingin UK tetap berada di dalam EU. Sementara hanya 37% yang menghendaki UK keluar dari EU (Brexit). Namun demikian data di UK ini tidak diikuti dengan data inflasi di Zona Eropa, dimana bulan April justru mencatat deflasi sebesar 0,2%.

Sementara itu data initial jobless claim di AS (klaim pengangguran) minggu lalu tercatat sebesar 278.000, turun 16.000 dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih cukup sehat, dan tentunya semakin meningkatkan kemungkinan naiknya Fed Fund rate bulan Juni mendatang. Masih dari AS, Moody’s kemarin menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun 2016 dari 2,3% menjadi 2%.

Harga minyak dunia ditutup turun seiring dengan menguatnya mata uang USD dan berita kenaikan cadangan minyak AS. USD menguat setelah rilis minutes of meeting FOMC yang cenderung hawkish. Sementara Energy Information Administration AS melaporkan kenaikan cadangan minyak mentah AS sebesar 1,3 juta barrel menjadi 541,3 juta barrel akhir minggu lalu. Harga WTI crude Nymex untuk pengiriman Juni turun USD0,5 (1,1%) ke level USD46,7 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Juli turun USD1,3 (2,7%) ke level USD47,6 per barrel.

Yield UST turun meskipun dibayangi kemungkinan naiknya tingkat bunga acuan di AS. Yield UST tenor 10 tahun turun 4 bps ke level 1,84%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 tahun telah turun 43 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara itu yield UST 30 turun 5 bps ke level 2,63%. Di Eropa, yield German bund tenor 10 tahun relatif tetap di level 0,17%.

Pasar SUN ditutup melemah, yield SUN tenor 10 tahun naik 18 bps ke level 7,87%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 87 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG ditutup turun 30 poin (0,6%) ke level 4.704. Investor asing membukukan net sell sebesar Rp697 miliar, sehingga year to date investor asing masih membukukan net buy sebesar Rp1,9 triliun. Sejak awal tahun, IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 2,4% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Sementara itu, nilai tukar Rupiah melemah Rp185 ke level Rp13.565 per Dolar AS. NDF 1 bulan melemah Rp163 ke level 13.682 per USD. CDS 5 tahun naik (persepsi risiko naik) 6 bps ke level 197 bps. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 33 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)

 

 

Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK

Related Posts

News Update

Top News