Jakarta – Platform media sosial milik Elon Musk, Twitter Inc kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 10 persen karyawannya atau sekira 200 pekerja.
Melansir VOA, Selasa, 28 Februari 2023, PHK yang terjadi pada Sabtu lalu ini memengaruhi kinerja pada manajer produk, ilmuan data dan insinyur yang mengerjakan pembelajaran mesin dan keandalan situs, yang membantu menjaga berbagai fitur Twitter tetap online.
PHK ini bukan pertama kali dilakukan Twitter. Pada awal November 2022, Twitter telah memberhentikan sekitar 3.700 karyawan.
Sebulan kemudian, PHK kembali terjadi. Korbannya menimpa tim kebijakan publik Twitter. Tim tersebut dipangkas hingga setengahnya dan kini hanya menjadi 15 karyawan.
Sebelum Twitter diakuisisi Elon Musk sebesar US$44 miliar, tim kebijakan publik Twitter jumlahnya lebih dari 60 karyawan.
Menurut Musk, efisiensi tersebut tak lepas dari layanan Twitter yang terus mengalami penurunan pendapatan yang sangat besar. Pasalnya, para pengiklan menarik pengeluarannya di tengah kekhawatiran tentang moderasi konten.
Saat ini, Musk mengaku, bahwa perusahaannya (Twitter) memiliki jumlah karyawan sekitar 2.300 pekerja aktif.
Pendapatan Twitter
Merangkum berbagai sumber, pendapatan Twitter memang terus merosot. Pada kuartal II/2022, Twitter hanya meraup pendapatan sebesar US$1,18 juta. Nilai ini turun 2,03% dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar US$1,2 juta.
Secara rinci, pendapatan Twitter kuartal II/2022 didapatkan dari iklan senilai US$1,08 juta. Sedangkan, pendapatan dari pelanggan dan pendapatan lainnya sebesar US$100.657.
Demi bisa mendongkrak pendapatan Twitter, Musk meluncurkan layanan akun terverifikasi berbayar dan mulai berbagi pendapatan dari iklan dengan membuat sejumlah konten. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra