Jakarta – Pandemi Covid-19 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja industri perbankan di Indonesia. Tahun 2022 yang digadang-gadang sebagai tahun pemulihan ekonomi menjadi momentum kebangkitan perbankan di Indonesia setelah terguncang akibat pandemi Covid-19 yang melanda selama dua tahun terakhir ditambah dengan gejolak ekonomi global yang menghantam seluruh negara di dunia.
Bank-bank besar yang masuk dalam kategori Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4 atau bank dengan modal inti lebih dari Rp70 triliun, di tahun 2022 berlomba-lomba menunjukan performanya lewat kinerja keuangannya. Tentunya dengan menggunakan strategi baru yang disusun dengan prinsip kehati-hatian (pruden).
Saat ini, bank yang tergolong KBMI 4 diantaranya, yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), dan Bank Negara Indonesia (BNI). Bila mengintip kinerja keempat bank tersebut di tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2022, perolehan laba mereka tentu jauh melesat. Hal ini menunjukan industri perbankan sudah mulai kembali pulih setelah diguncang cukup keras.
Secara rinci, BRI sepanjang tahun 2022 berhasil membukukan laba sebesar Rp51,4 triliun, bila dibandingkan dengan tahun 2021 perolehan laba BRI hanya mencapai Rp32,22 triliun atau tumbuh sebesar 67,15% secara year on year (yoy). Dengan total aset tumbuh double digit sebesar 11,18% yoy menjadi Rp1.865,64 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, kunci dari pencapaian BRI dalam menjaga bottom line perusahaan merupakan karena keberhasilan perseroan dalam melakukan berbagai program efisiensi. BRI berhasil melakukan efisiensi penekanan biaya dana atau cost of fund, melalui perbaikan funding structure. Dimana peningkatan dana murah atau CASA BRI meningkat signifikan menjadi 66,70% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 63,08%
Tercermin dari rasio BOPO, CER dan CIR yang membaik dibandingkan periode sama tahun lalu. BOPO tercatat 69,10%, semakin baik dibandingkan BOPO pada akhir 2021 sebesar 78,54%. Rasio CER juga tercatat semakin membaik dari 50,25% di akhir 2021 menjadi 48,16% di akhir 2022 dan CIR semula 48,56% menjadi 47,38%, yang artinya semakin efisien.
Disamping itu, kinerja yang cemerlang ini di dukung dengan penyaluran kredit yang tumbuh positif dengan total kredit dan pembiayaan BRI Group mencapai Rp1.139,08 triliun. Serta penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mampu tumbuh 14,85% yoy atau menjadi sebesar Rp1.307,88 triliun.
”Membaiknya kualitas kredit yang disalurkan memberikan dampak positif terhadap efisiensi yang dilakukan oleh perseroan. Dampaknya, BRI berhasil menurunkan Cost of Credit dari 3,78% di akhir 2021 menjadi 2,55% pada akhir 2022,” ujar Sunarso.
Kemudian, Bank Mandiri telah berhasil membukukan laba di sepanjang tahun 2022 mencapai Rp41,2 triliun, dibandingkan dengan 2021 yang sebesar 28,03 triliun atau tumbuh 46,9% yoy. Dengan total aset Bank Mandiri secara konsolidasi pun berhasil menyentuh Rp1.992,6 triliun atau tumbuh 15,5% secara yoy.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengaku, kinerja yang solid ini tak terlepas dari kondisi makroekonomi yang membaik, didukung oleh kebijakan strategis pemerintah dan regulator dalam menjaga stabilitas perekonomian. Selain itu, segmen digital banking untuk mendukung transformasi digital sebagai bisnis berkelanjutan mampu menangkap peluang di seluruh sektor dan segmen potensial.
Sudah barang tentu, pencapaian laba yang terbang tinggi tersebut ditopang oleh penyaluran kredit secara konsolidasi yang tumbuh positif mencapai Rp1.202,2 triliun atau tumbuh sebesar 14,48% secara yoy. Pencapaian kredit Bank Mandiri pun melampaui pertumbuhan kredit secara industri sebesar 11,35% di tahun 2022. Bila dirinci berdasarkan segmennya, kredit Bank Mandiri didominasi oleh kredit korporasi yang mencapai Rp414,1 triliun, pada akhir 2022, tumbuh 11,8% dari periode tahun sebelumnya Rp370,2 triliun dan kredit komersial sebesar 13,0% yoy menjadi Rp196,3 triliun di akhir 2022 lalu.
Darmawan juga menjabarkan bahwa digitalisasi mampu mengefisienkan biaya operasional Bank Mandiri hingga Rp12 triliun. Tercermin dari, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Bank Mandiri (bank only) yang turun hampir 10% menjadi 57,35% dan penuruanan cost of credit (CoC) dari 1,91% ke level 1,21%, terendah dalam beberapa tahun terakhir.
“Digitalisasi mendorong Bank Mandiri memiliki operational expenditure yang jauh lebih baik. Kalau kita lihat, secara cost of fund kami terus bisa me-mantain tidak terlalu tinggi,” jelas Darmawan.
Lebih lanjut lagi dari bank KBMI 4, yaitu BCA yang pada tahun 2022 membukukan laba sebesar Rp40,7 triliun, dibandingkan tahun 2021 yang sebesar Rp31,4 triliun atau tumbuh 29,6% secara yoy. Presiden Direktur PT Bank Central Asia, Jahja Setiaatmadja menuturkan, bahwa kinerja yang solid ini ditopang oleh pertumbuhan total kredit sebesar 11,7% yoy atau sebesar Rp711,3 triliun, lebih tinggi dari target pertumbuhan kredit yang berada pada level 8% – 10%. Meski terdapat tantangan ketidakpastian perekonomian global, namun BCA melihat momentum bisnis di Indonesia kembali pulih.
Secara rinci, portofolio kredit dari segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tembus Rp108 triliun untuk pertama kalinya. Sepanjang 2022 Bank BCA mencatat pemulihan kredit yang lebih besar dari tahun sebelumnya kredit korporasi naik 12,5% yoy mencapai Rp322,2 triliun di Desember 2022. Sedangkan, kredit komersial dan UKM meningkat 10,1% yoy mencapai Rp210,2 triliun. Penyaluran KPR mampu melampaui level pra pandemi, KPR tumbuh 11% yoy menjadi Rp108,3 triliun.
“Sementara itu, KKB naik 13,6% yoy menjadi Rp46,1 triliun mampu rebound dari penurunan di tahun sebelumnya. Sejalan dengan pemulihan yang kuat di seluruh segmen pinjaman, pengembangan ekosistem bisnis secara hybrid baik secara online maupun offline pun mendorong frekuensi transaksi kembali mencetak rekor tertinggi, capaian ini mendukung dana, giro, dan tabungan atau CASA naik 10,6% yoy di Desember 2022,” ungkap Jahja.
Terakhir, kinerja BNI, sepanjang tahun 2022 BNI mampu tumbuh dengan capaian laba sebesar Rp18,31 triliun dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp10,89 triliun atau tumbuh 68% secara yoy, ini merupakan perolehan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah BNI. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengaku, kinerja laba bersih ini ditopang oleh penyaluran kredit di 2022 yang mencapai Rp646,19 triliun, tumbuh di atas target awal perusahaan yaitu mencapai 10,9% yoy, diikuti dengan Net Interest Margin (NIM) yang terjaga di posisi 4,8%. Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang oleh ekspansi bisnis dari debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari value chain debitur.
“Kinerja yang prima ini terwujud melalui kerja keras seluruh insan BNI dalam menjalankan kebijakan strategis yang ditetapkan, di tengah periode pemulihan ekonomi 2022 serta upaya memastikan agenda transformasi perusahaan terus berjalan sesuai dengan blueprint,” kata Royke.
Menurut catatan Biro Riset Infobank, perolehan laba BRI tahun 2022 merupakan rekor tertinggi dalam sejarah perbankan Indonesia. Rekor pencapaian laba tertinggi tahun 2021 lalu dipegang oleh BCA dengan mencatatkan laba Rp31,42 triliun. Tahun 2022, BCA mencatatkan laba Rp40,7 triliun. Sedangkan Bank Mandiri mencatatkan laba Rp41,2 triliun. Dengan demikian, BRI kembali memimpin perolehan laba tertinggi dan mencatatkan rekor tertinggi perolehan laba sepanjang sejarah perbankan Indonesia.
Bila disimpulkan, kinerja bank-bank besar di Indonesia menunjukan pemulihan dan semakin ekspansif dalam mengembangkan bisnisnya di sektor prioritas masing-masing. Pandemi Covid-19 telah banyak mengubah arah strategi di industri perbankan, namun di sisi lain ini menjadi keuntungan bagi perbankan dalam bertansformasi. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra