Oleh Ryan Kiryanto
SELAMA dekade terakhir, dunia telah beralih dari era pasca perang dingin ke “persaingan kekuatan besar”, yakni dunia persaingan yang semakin intensif antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, serta antara Rusia dan Barat. Ke depan, kebuntuan politik, ekonomi, dan militer antara Barat dan Rusia diperkirakan akan bertahan hingga 2023, sementara ketegangan antara AS dan Tiongkok atas akses ke teknologi strategis, serta ancaman intervensi militer Tiongkok di Taiwan tidak mungkin mereda.
Selain ketidakpastian geopolitik, kondisi ekonomi dan keuangan yang lebih ketat serta inflasi yang tinggi akan terus menekan pertumbuhan global pada 2022 dan 2023. Bank-bank sentral di negara-negara ekonomi utama akan tetap fokus pada pelandaian inflasi. Ketika ekonomi mulai melambat menjurus resesi dibarengi dengan munculnya kerapuhan keuangan, seruan untuk beralih dari kebijakan moneter (hawkish policy) ketat ke kebijakan moneter yang lebih longgar (dovish policy) pasti akan menjadi lebih keras. Dalam konteks ini, aktivitas ekonomi di negara maju akan tetap di bawah standar pada 2023 nanti.
Baca Lengkap Seluruh Artikel dengan Berlangganan
- Free 4 Bulan Infobanknews Premium
- Durasi 1 Tahun
- Rp 416 / hari
- Free 2 Bulan Infobanknews Premium
- Durasi 6 Bulan
- Rp 461 / hari
- Free 1 Bulan Infobanknews Premium
- Durasi 3 Bulan
- Rp 466 / hari
- Durasi 1 Bulan
- Rp 500 / hari










