Bojonegoro — Sejumlah konser musik mulai ramai digelar di Tanah Air pasca pandemi Covid-19 selama 2 tahun belakangan. Bahkan, konser-konser yang tergolong unik pun mulai bermunculan, karena antusias masyarakat yang tinggi terhadap konser musik. Salah satunya konser Budi Doremi yang digelar pada akhir pekan lalu (6/11).
Untuk mendapatkan tiket konser Budi Doremi, penonton harus memanfaatkan bibit tanaman. Panitia Festival Medhayoh Agisna mengatakan, bahwa terdapat dua jenis pohon yang dapat dipilih pengunjung untuk berdonasi sebagai syarat menonton konser Budi Doremi.
Konser Budi Doremi yang digelar dalam Festival Medhayoh ini merupakan kolaborasi Pupuk Kaltim dan Ademos Indonesia yang digelar di Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro.
Komitmen menjaga lingkungan dioptimalkan dalam Festival Medhayoh ini.Pengunjung dapat mengakses donasi pohon di Dolok Cozy Space (The Dozs) di area panggung 4 Festival Medhayoh. “Pohon Gayam donasinya Rp75.000 per bibit dan mendapatkan akses ke Tribun. Sementara Pohon Beringin donasinya Rp125.000 per bibit dan mendapatkan akses menonton ke VIP. Nantinya, donasi pohon ini akan disebar pada 42 titik sumber mata air di Kabupaten Bojonegoro,” ujarnya dikutip 8 November 2022.
Sebelumnya, saat pembukaan Festival Medhayoh pada Sabtu (5/11), telah dilakukan penanaman pohon beringin di Sumur Kijing. Hadir dalam kegiatan tersebut Komisaris Pupuk Kaltim Sigit Hardwinarto, Komisaris Pupuk Kaltim Gustaaf AC Patty, Direktur Keuangan dan Umum Pupuk Kaltim Qomaruzzaman, SVP Transformasi Bisnis Pupuk Kaltim Wisnu Ramadhani, Kepala Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Bojonegoro Dwijo Saputro, dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bojonegoro Hanafi.
Selain untuk lingkungan, Festival Medhayoh menarik kunjungan masyarakat di sekitar Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro. Seperti pada acara hari kedua yang dimulai dengan kegiatan flashmob di sepanjang jalanan Dolokgede. Dengan iringan musik tradisional Jawa, ratusan warga dari beragam usia ikut menari bersama. “Semua pelajar yang berada di Dolokgede kami ajak menari secara bersama-sama di sepanjang jalan lokasi Festival Medhayoh,” ungkapnya.
Seperti halnya pada hari sebelumnya, berbagai tampilan tersuguh yakni musik dari Jazz, Akustik, yang dipersembahkan kalangan pelajar SMA dan Mahasiswa. Bahkan musik aliran Rock yang ditampilkan oleh anak-anak sekolah SD. “Ada juga musik karawitan yang ditampilkan anak-anak SD bersma Guru di Pendapa Mannah,” terangnya.
Festival ini juga dikampanyekan untuk mengingat kembali kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dari perubahan iklim, sehingga wujud untuk mengkombinasikan nilai tersebut adalah dengan melakukan kegiatan yang nantinya akan diikuti oleh para pejabat, artis, musisi, seniman, dan masyarakat umum, salah satunya dengan menanam pohon dan memuliakan sumber mata air sehingga tidak lagi dianggap sebagai hal mistis, tetapi juga bagian dari ekosistem yang harus dijaga keberlangsungannya untuk sumber penghidupan berkelanjutan. (*)