Jakarta – Perkembangan industri perbankan di Indonesia tengah diramaikan dengan kemunculan tren bank digital dan menjadi fenomena menarik sejak tahun 2021. Indonesia merupakan pangsa pasar yang sangat potensial bagi layanan keuangan digital di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai salah satu sektor esensial dalam mendukung perekonomian, industri perbankan juga didorong untuk terus berinovasi dan memberikan fleksibilitas layanan yang mempermudah nasabahnya. Dalam hal ini, bank digital yang dapat bertahan dan bertumbuh secara sustainable akan menjadi pemenang dan berpotensi menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia.
Hadirnya layanan digital banking tentunya sangat membantu masyarakat, terutama masyarakat yang belum sepenuhnya terlayani oleh perbankan konvensional, terutama masyarakat diluar kota-kota besar. Sekitar 70% dari masyarakat saat ini masih belum memiliki akses terhadap layanan perbankan secara penuh seperti pembukaan rekening yang lebih mudah, akses ke berbagai produk-produk finansial, kemudahan transaksi, dan masih banyak lainnya.
Salah satu bank digital di Indonesia yakni PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC), merupakan satu-satunya bank digital yang memiliki kompetensi dalam hal penyaluran kredit serta menjaga kualitas asset. Kemampuan ini tidak lain didukung oleh expertise pemegang saham pengendalinya Akulaku yang telah berkembang menjadi salah satu fintech lending terbesar di Indonesia, dengan memanfaatkan data untuk menjaga kualitas aset agar tetap sehat.
Head of Research Sucor Sekuritas, Edward Lowis mengatakan, dengan potensi dan peluang bank digital yang sangat besar, bank dengan kode emiten BBYB ini diperkirakan akan terus mengalami perbaikan kinerja keuangannya. Bahkan pada tahun depan, meski ada ancaman resesi, BNC diperkirakan masih akan meraup laba bersih hingga Rp550 miliar atau membaik dibandingkan dengan estimasi rugi bersih sebesar Rp528 miliar pada tahun ini.
“Estimasi laba bersih ini terlihat lebih positif jika dibandingkan dengan rata-rata consensus pasar yang masih berpendapat bahwa BBYB akan mencetak rugi bersih Rp360 miliar pada tahun 2023,” ujarnya dikutip 3 November 2022.
Menurut Edward, kinerja positif BBYB ini akan terus berlanjut seiring dengan peningkatan sifnifikan pada portofolio dan juga penurunan biaya operasi. Selain itu juga diharapkan bisa me-leverage kemampuan yang dimiliki Akulaku tersebut. BBYB sendiri juga telah membuktikan kinerjanya dalam hal menjaring dana pihak ketiga (DPK) dengan total DPK mencapai hampir Rp13 triliun, pada September 2022, salah satu yg tertinggi dibandingkan bank digital lainnya.
“Kemampuan untuk menjaring DPK, ditambah dengan kearifan dalam mengelola aset akan menjadi kunci yang sangat penting untuk bank digital agar bisa membukukan kinerja positif dan secara keberlangsungan,” ungkapnya.
Sementara dari sisi penyaluran kredit, di kuartal III-2022 BBYB mencatatkan kenaikan total kredit yang cukup signifikan, sebesar Rp8,9 triliun. Sedangkan dari sisi DPK juga terjadi kenaikan sebesar 88,9% pada September 2022 menjadi Rp12,6 triliun, dibandingkan dengan posisi September 2021 sebesar Rp6,67 triliun. (*)