Oleh Iwan Setiawan, Direktur Utama PT Rintis Sejahtera
DUNIA sedang menghadapi risiko resesi ekonomi global seperti diprediksi Bank Dunia. Pemicu utamanya adalah laju inflasi yang tinggi dan ketegangan geopolitik akibat perang Rusia versus Ukraina yang belum tahu kapan berakhir. Tetapi kita semua harus optimis, apalagi para pelaku bisnis yang memang sudah terbiasa menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian. Kita memang belum tahu kapan inflasi global menjadi stabil dan proxy war antara barat dan Rusia berakhir. Tetapi kita harus optimis ke depan karena pandemi COVID-19 sebagai periode yang sangat sulit pun sudah berhasil dilewati.
Betul bahwa tantangan-tantangan yang ada di eksternal tentu menjadi pertimbangan perusahaan dalam membuat business plan. Tetapi tantangan pandemi COVID-19 yang kini berlanjut kepada ancaman resesi global memberikan empat pesan penting kepada kita.
Satu, face reality. Setiap orang akan selalu menghadapi kenyataan yang tidak bisa dihindari. Maka kita harus memiliki kerelaan dan kesiapan untuk menghadapinya.
Dua, survive. Kenyataan yang datang diluar kendali namun seseorang atau perusahaan harus mampu bertahan hingga melewati tipping point. Agar mampu bertahan maka orang harus terus belajar dan berusaha tumbuh.
Tiga, be reselience. Setelah mampu bertahan dan melewati tipping point, seseorang atau perusahaan harus lebih tangguh untuk menghadapi berbagai tantangan-tantangan berikutnya.
Empat, foward thinking. Seseorang terlebih lagi pemimpin di perusahaan yang harus selalu berpikir ke depan dan selalu adaptif terhadap perubahan maupun tantangan berikutnya. Untuk mewujudkan apa yang dipikirkan ke depan maka pemimpin bisnis harus memiliki tim yang kompeten untuk melaksanakan strategi yang sudah ditetapkan.
Sebab, menurut saya, ada tiga variabel yang membuat perusahaan mampu menghadapi kenyataan sulit dan berhasil melewati tipping point kemudian menjadi menjadi lebih kuat dan resilience terhadap tantangan baik perkembangan ekonomi, kompetisi, maupun perubahan regulasi. Ketiga variabel tersebut adalah kepemimpinan yang kuat (strong leadership), tim yang militan (militant team), dan konsumen yang setia (loyal customers).
Kepemimpinan itu jantungnya bisnis. Tapi militansi mereka yang melaksanakan apa yang sudah ditetapkan pemimpinnya sangatlah penting. Begitu juga loyalitas konsumen karena mereka adalah penentu akhir apakah perusahaan akan maju atau tidak.
Variabel di atas juga penting untuk menciptakan apa yang dikatakan Jim Rohn, pebisnis asal Amerika Serikat, turn nothing into something. Bagaimana mengubah apa pun menjadi sesuatu, menciptakan sesuatu yang tidak ada, merubah yang baik menjadi lebih baik, itu ada empat tahapan yang berlaku baik bagi individu maupun perusahaan.
Satu, bagaimana mengawali setiap hal dengan imaginasi. Imagine is the beginning of reality. Di dunia ini kita menyaksikan banyak kenyataan yang sebelumnya hanya sebatas imajinasi, seperti mobil, pesawat terbang, vaksin, dan lain-lain.
Dua, harus yakin (believe). believe what you imagine is possible. Tiga, membuatnya menjadi riil. Make it real. Dibutuhkan tindakan dan kerja keras untuk mewujudkan imajinasi yang sudah diyakini akan terwujud. Going to work and make is tangible.
Empat, membutuhkan kedisiplinan (discipline) yang merupakan jembatan antara keinginan dan pencapaian. Discipline is the brigde btetween goals and accomplishment.
Keberanian menciptakan imajinasi yang diyakini bisa terwujud kemudian melaksanakan ide dengan kerja keras dan disiplin hanya bisa dilakukan oleh orang-orang militansi. Bagi mereka yang militan, nothing is imposible. Orang-orang yang militan akan selalu optimis menghadapi berbagai tantangan kehidupan, termasuk ancaman resesi ekonomi global 2023 yang membuat banyak orang cemas.
Sebagai penutup, saya ingin menarasikan kata MILITANSI untuk menjadi bahan renungan. (M) Meraih sukses dengan sikap, tegar, tulus, tertib, dan terhormat. (I) Impian berbalut perjuangan, penuh dedikasi dan integritas. (L) Lapangkan hati untuk selalu berbuat kebaikan penuh kasih. (I) Ilustrasikan kehidupan penuh warna dan dinamika nan mulia. (T) Tiada yang tidak mungkin jadi motto bersama dalam berkolaborasi. (A) Ada banyak kesempatan dalam berkarya untuk keberhasilan bersama. (N) Nyalakan semangat membara, ikrarkan bersama kita bisa. (S) Satu padu tiada terpisahkan, terus belajar, berkarya, berkembang, dan berbahagia. (I) Imani setiap tindakan dengan selalu mensyukuri berkat dan perlindungan-Nya. (*)