Jakarta – Tahun 2023 diperkirakan menjadi tahun yang tidak mudah bagi perekonomian global dan pelaku bisnis di berbagai industri, tak terkecuali industri perbankan. Apalagi, ancaman resesi global semakin nyata yang akan merembet ke Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2022 mengatakan, ketahanan perbankan masih terjaga. Namun, potensi dampak dari faktor risiko, sisi global dan makro ekonomi domestik tetap harus diwaspadai untuk stabilitas perekonomian.
Menurut pengamat Perbankan Paul Sutaryono, pernyataan dari bos BI tersebut memang benar adanya. Oleh karena itu, perbankan sudah semestinya terus meningkatkan penerapan manajemen risiko, baik risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional maupun risiko likuiditas.
“Mengapa? Lantaran ancaman resesi global akan merembet ke Indonesia yang diprediksi pada awal 2023. Sangat dicemaskan bahwa penyaluran kredit akan tertekan,” ujar Paul saat dihubungi Infobank, Selasa, 25 Oktober 2022.
Lebih lanjut, Paul menambahkan, agar perbankan tetap menjaga kecukupan modal minimum atau Capital Adequacy Ratio (CAR) diangka minimum 12% sebagai perisai dalam menyerap potensi risiko ditengah keidakpastian global.
Sebagai informasi, pada Agustus 2022 Capital Adequacy Ratio (CAR) masih tetap tinggi di angka 25,12%. Hal ini membuktikan bahwa sistem keuangan dan perbankan nasional masih cukup kuat di tengah dinamika yang terjadi. (*) Irawati