Jakarta – Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Calon Presiden (Capres) 2024, idealnya harus bisa menjaga stabilitas ekonomi nasional. Sebab, tantangan ekonomi nasional 5-10 tahun ke depan cukup besar. Apalagi, perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung dikhawatirkan akan memberi dampak berkepanjangan terhadap perekonomian.
Dengan demikian, Indonesia membutuhkan figur yang matang dan berpengalaman di pemerintahan dalam menangani urusan perekonomian. Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa mengatakan, persoalan ekonomi menjadi salah satu alasan kecenderungan Jokowi pada Airlangga Hartarto yang diprediksi maju sebagai capres di Pemilu 2024.
Di sisi lain, isu ekonomi juga tengah menjadi sorotan lantaran kenaikan harga BBM. “Jokowi sekaligus juga menjadi faktor yang, menurut saya, menjadi evaluasi tersendiri bagi Airlangga. Karena isu ekonomi per hari ini adalah isu yang nyentrik, populis di kalangan masyarakat, karena bersinggungan dengan realita yang terjadi di masyarakat terutama konteksnya adalah kenaikan harga BBM,” ujarnya 8 September 2022.
Sebelumnya, Ketua DPD Golkar Emanuel Melkiades Laka Lena yang mengungkapkan tiga nama yang disenangi Presiden Jokowi yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Airlangga Hartarto. Menurutnya, fokus pemerintahan Jokowi saat ini adalah isu ekonomi. Sedangkan, Airlangga tengah menjabat sebagai Menko Perekonomian.
“Ketiga, adalah isu-isu ekonomi yang menjadi isu sentral dan menjadi fokus dari pemerintahan Jokowi. Kebetulan juga menterinya atau pimpinannya adalah Airlangga,” ucapnya.
Meski dinilai berkinerja bagus sebagai Menko Perekonomian dengan kemampuan dalam pengendalian inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di kala pandemi, Airlangga juga mendapati sejumlah persoalan utamanya terkait kenaikan harga BBM.
“Kalau klaim jelas bahwa pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi covid-19 agak naik dan bertahan di angka yang cukup baik di antara negara-negara lain, tapi di kondisi internal, gejolak di dalam masyarakat,” tambahnya.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia memperlihatkan bahwa mayoritas warga tidak setuju terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak. Hal itu dinilai akan berimbas pada elektabilitas Airlangga. “Jadi imbasnya ke elektabilitas Airlangga sebagai Menko perekonomian,” tuturnya.
Selain itu, kenaikan harga BBM juga menunjukkan adanya kontras dalam kinerja ekonomi Indonesia. “Di satu sisi memang, secara data, sukses dalam pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi covid-19. Tapi di sisi lain kenaikan harga BBM ini pasca pandemi. Artinya ada waktu, yang menurut saya, akan menjadi kontras karena sebelum dan sesudah begitu kontras sekali,” pungkasnya.
Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor mengatakan, Presiden Joko Widodo belum secara terang benderang menunjuk satu sosok yang dia dukung sebagai Calon Presiden. “Dalam konteks perorangan, saya belum melihat bahwa Presiden clear mengarahkan pada satu orang. Saya kini ini wacana yang ada di tengah mengarah, mengharapkan ada hal-hal baik yang bisa dilanjutkan para pemerintahan berikutnya,” kata Firman.
Masih sangat dini untuk menilai kemana arah dukungan Presiden Jokowi. Sebagai kader PDIP, Jokowi seharusnya tunduk pada perintah Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Namun posisinya sebagai Presiden begitu strategis untuk menentukan arah perpolitikan, termasuk mengendorse Capres dan Cawapres untuk Pemilu 2024. (*)