Jakarta – Dalam seminggu terakhir pasar aset kripto mengalami pergolakan kinerja yang sangat tidak menentu. Pasalnya pada pembukaan awal pekan ini pasar kripto sempat menempati zona hijau. Namun, kembali anjlok pada waktu yang singkat dan kembali positif pada akhir pekan.
Merujuk CoinMarketCap pada Jumat (3/6), kinerja market kripto terpantau baik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar dapat menempati posisi zona hijau dalam 24 jam terakhir. Diantaranya adalah Bitcoin (BTC) tumbuh sebesar 1,81% dan berada di posisi USD30.480,2, serta nilai Ethereum (ETH) naik sebesar 0,75% ke posisi USD1.828,6.
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan, pada akhir pekan pertama di bulan Juni market asset kripto terlihat stabil dan mengikuti pergerakan yang ada di pasar saham. Hal tersebut didorong oleh laju kencang indeks saham AS dan kembali menumbuhkan kepercayaan diri para investor untuk melakukan pembelian.
“Ada kecenderungan investor kini kembali tergugah masuk ke pasar aset berisiko. Hal ini sejalan dengan tren positif di pasar saham. Namun, ada kemungkinan ini tidak akan berlangsung lama. Market kripto belum memiliki sentimen yang kuat untuk reli kencang dalam waktu dekat,” ucap Afid. Dikutip dari News Flash Tokocrypto.
Namun, Afid tetap mengingatkan bahwa kinerja pasar kripto belum sepenuhnya stabil. Hal ini dikarenakan masih adanya ketidakpastian situasi makroekonomi, seperti ancaman resesi ekonomi, kebijakan moneter agresif The Fed, dan inflasi yang meroket.
Jika dilihat dari sisi analisis teknikal, harga-harga aset kripto masih bermain di rentang harga yang rendah dan juga belum dapat menembus level resistance. Seperti contohnya Bitcoin yang harus dapat menembus level USD33.500 untuk memulai fase bullishnya.
Kontributor CryptoQuant, Venturefounder, memprediksi bahwa akan ada kemungkinan harga terendah BTC berada di level USD14.000-21.000 yang akan terbentuk dalam 6 bulan ke depan. Prediksi tersebut bukan kabar yang baik bagi investor Bitcoin, pasalnya setelah harga BTC mengalami halving maka dapat mengalami penurunan.
Namun, jika harga-harga asset kripto nantinya berada pada posisi stabil dapat mendorong potensi perkembangan teknologi metaverse di Indonesia yang menjadi perbincangan populer sejak akhir tahun 2021. (*) Khoirifa