Jakarta – Beberapa negara yang bergantung pada suplai impor gas alam dan minyak Rusia seperti Belarusia, Slovakia, dan India mulai membuka opsi pembayaran menggunakan Rubel. Hal ini dilakukan demi mencegah krisis energi akibat perang Rusia Ukraina.
Perdana Menteri Belarusia, Roman Golovchenko mengungkapkan pihaknya sudah mulai menggunakan Rubel untuk pembayaran komoditas energi. Ia menilai penggunaan mata uang Rusia dalam hal ini cukup adil dalam upaya mempertahankan nilai tukar Rubel di mata dunia.
“Ini menguntungkan secara ekonomi bagi kami, dan kami selalu memperjuangkannya. Tahun ini kami akan membayar impor minyak dan gas dalam rubel Rusia,” jelas Golovchenko pada salah satu kanal berita Rusia beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India Arindam Bagchi juga mengungkapkan hal senada. India saat ini tengah mengkaji transaksi ekspor impor energi dengan mata uang lokal. Ini berarti, ada potensi transaksi minyak dan gas antara India dan Rusia akan dilakukan dalam Rupee dan Rubel.
“Kami telah mengusulkan agar dalam situasi tertentu, perdagangan mata uang lokal dapat dieksplorasi. Ini adalah salah satu opsi yang masuk akal, yang ada di atas meja,” seperti yang dikutip dari VOAIndonesia.
Sebagai informasi, Presiden Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengharuskan impor komoditas energi seperti Minyak dan Gas Alam menggunakan Rubel Rusia dan bukan US Dollar atau Euro. Kebijakan ini merupakan aksi balas Rusia terhadap sanksi-sanksi ekonomi yang sempat dijatuhkan oleh negara barat.
“Kami menawarkan perjanjian yang jelas kepada negara yang tidak bersahabat. Untuk membeli gas, mereka harus membuka rekening Ruble di bank Rusia dan membayarnya dari akun tersebut,” tegas Putin pada siaran virtualnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra