Jakarta – Pemerintah melalui berbagai programnya terus berupaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Upaya pemerintah pun tergolong berhasil, karena memberikan dampak langsung terhadap kebangkitan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, mengindikasikan keberhasilan Pemerintah dalam upaya penanganan Covid-19.
Sudah tentu sektor properti menjadi salah satu faktor utama peningkatan ekonomi. Karena, pemerintah sendiri akan terus menjadikan properti sebagai pendorong tren peningkatan pemulihan ekonomi nasional. Apalagi sektor properti memiliki multiplier effect, baik dari sisi forward linkage maupun backward linkage, terhadap industri turunannya.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Haru Koesmahargyo mengaku siap mengawal pemulihan ekonomi nasional melalui pembiayaan perumahan yang dilakukan perseroan. Dia menilai pertumbuhan sektor perumahan mempunyai peluang yang besar untuk menjadi lokomotif percepatan pemulihan ekonomi di tengah tantangan pandemi Covid-19 yang tahun ini masuk pada fase ketiga.
“Sebab secara universal pertumbuhan sektor perumahan berpotensi menumbuhkan ekonomi pada sektor lainnya,” ujar Haru dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 14 Maret 2022.
Menurut Haru, sektor perumahan berkontribusi terhadap PDB secara langsung diikuti dengan multiplier effect kepada 174 sektor lainnya. Sektor perumahan merupakan sektor yang padat modal dan padat karya. “Dibutuhkan kurang lebih lima pekerja bangunan atau 500 ribu pekerja untuk pembangunan setiap 100 ribu unit rumah,” katanya.
Selain itu, sektor perumahan juga mendorong peningkatan konsumsi produk lokal, pasalnya 90% bahan bangunan yang digunakan dalam konstruksi bersumber dari produk lokal. Begitu juga dalam hal penerimaan negara dimana dari tiap unit rumah yang terjual, pemerintah mendapatkan penerimaan negara dalam bentuk pajak PPH, PPN, BBN, PBB, dan BPHTB.
Sebagai sektor yang berkontribusi terhadap perekonomian nasional, lanjut Haru, sektor perumahan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Salah satunya mortgage to PDB Indonesia lebih rendah dibanding negara Asia Tenggara lainnya, sehingga masih banyak potensi yang bisa dikembangkan.
Bank BTN pun terus memberikan komitmen untuk mendukung pemerintah dalam mewujudkan realisasi program sejuta rumah. Hal ini terbukti dari keseriusan BTN dalam Penyaluran KPR Subsidi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). BTN telah melakukan penyaluran program KPR Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Sejahtera secara tepat sasaran, sehingga dapat mendukung percepatan pemulihan ekonomi.
Perseroan mengaku optimis dapat menyalurkan KPR FLPP hingga akhir tahun 2022 sebanyak 200 ribu unit. Angka tersebut tentu lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yang hanya 117 ribu unit. Selain KPR FLPP, BTN juga mendukung untuk menyalurkan program Tapera yg tersedia sebanyak 109.000 unit, juga menyalurkan KPR BP2BT kepada MBR.
Berdasarkan laporannya, di awal tahun 2022, Bank BTN bahkan telah tancap gas dan membukukan akad kredit KPR FLPP sekitar 6.000 unit dalam sepekan. Pencapaian tersebut diraih melalui akad kredit yang dilakukan secara massal di seluruh Kantor Cabang Bank BTN di seluruh Indonesia. Selama 72 tahun berdiri, Bank BTN konsisten telah menyalurkan kredit dan mengalir lebih dari 5 juta masyarakat di Indonesia dari seluruh segmen. Sebanyak 3,5 juta unit diantaranya merupakan KPR Subsidi yang diperuntukkan bagi MBR.
Untuk tahun 2021 saja, Bank BTN telah menyalurkan KPR Sejahtera FLPP sebanyak 117.699 unit dengan nilai Kredit Rp17,15 triliun. Angka tersebut merupakan perolehan dari BTN konvensional sebanyak 96.487 unit dengan nilai Rp14,11 triliun dan Unit Usaha Syariah sebanyak 21.212 unit dengan nilai Rp3,03 triliun. Dengan pencapaian tersebut, Bank BTN telah berkontribusi setidaknya 65% dari angka pencapaian penyaluran KPR Sejahtera FLPP nasional pada tahun 2021 yang mencapai lebih dari 178 ribu unit. (*)