Padang — PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPN Syariah) menyiapkan para nasabah inklusi atau ultra mikro ke level berikutnya. Untuk itu, bank berkode emiten BTPS ini siap menghadirkan produk individual dan menerapkan digitalisasi dengan konsep teknologi untuk kebaikan.
BTPN Syariah memiliki model bisnis yang unik, karena bank yang hadir melayani masyarakat prasejahtera produktif sejak 2010 dan menjadi bank umum syariah pada 2014 ini menyasar segmen perempuan. Model bisnisnya adalah dengan membentuk sentra-sentra beranggotakan para perempuan dari masyarakat prasejahtera produktif.
Lewat konsep tanggung renteng, sesuai prinsip dan pepatah ringan sama dipikul, berat sama dijinjing, para perempuan di sentra ini berusaha untuk terus berusaha, maju dan tetap memenuhi kewajibannya sebagai nasabah penerima pembiayaan. Dalam upaya tersebut perseroan berkomitmen dengan terus membina dan melakukan pembiayaan kepada para perempuan tangguh ini.
Tidak tanggung-tanggung, para anggota sentra bisa memeroleh pembiayaan hingga 6 kali menyesuaikan dengan kemajuan usahanya masing-masing. Semakin maju usahanya, semakin cepat anggota sentra bisa menerima siklus pembiayaan keenamnya. Para nasabah yang sudah melewati titik ini, dinilai perseroan harus dibiayai dengan pola yang berbeda, karena kebutuhannya sudah jauh berbeda dengan anggota sentra yang lain. “Jadi ada program lanjutan yang berbeda dari sekarang,” tukas Dwiyono Bayu Winantio, Direktur BTPN Syariah di Padang, Kamis (11/11/2021).
Dia menjelaskan, bahwa pihaknya tengah mengembangkan dan menyiapkan produk pembiayaan individual. Di mana saat ini sedang dilakukan pilot project produk tersebut di beberapa titik sentra sebagai upaya pengenalan dan evaluasi sebelum rencana rilis pada 2022. “Jadi ini untuk nasabah-nasabah yang membutuhkan treatment dan struktur pembiayaan yang berbeda. Buat nasabah-nasabah yang sudah mapan, ini harus lulus dari sentra,” tegas Dwiyono.
Per akhir September 2021, jumlah nasabah pembiayaan BTPN Syariah sebanyak 4 juta dengan total pembiayaan mencapai Rp10,2 triliun, meningkat 12% dibanding Rp9,1 triliun. Kualitas pembiayaan perseroan juga terjaga dengan NPF (Non Performing Financing) di posisi 2,4%.
Salah satu nasabah yang sudah cukup lama didukung BTPN Syariah adalah Ref Irmawati, pemilik Lintang Sprei yang bergerak di bidang tekstil pembuatan sprei dan bed cover. Ref yang telah bergabung dengan BTPN Syariah sebagai ketua sentra sejak 2016 mengaku usahanya semakin maju dengan adanya dukungan pembiayaan atau akses permodalan. “Adanya BTPN Syariah dirasa bisa membantu modal dan juga saya bisa membuka lapangan kerja (di wilayahnya),” ucap Ibu tiga orang anak yang saat ini sudah mempekerjakan 9 orang pegawai.
Dia berkisah, pada awalnya dirinya dan suami menjadi penjahit sprei sejak 2011 dan hanya sebagai pekerja untuk orang lain. Akan tetapi, perkenalan dengan BTPN Syariah pada 2016 berbuah manis ketika akses permodalan yang dikucurkan melalui model bisnis sentra dapat membuatnya menjadi seorang pengusaha. “Di 2016 (setelah ikut sentra BTPN Syariah), itu bisa beli mesin jahit, tambahan modal usaha. Sebelum dengan BTPN Syariah itu cuma punya 2 mesin jahit, sekarang ada 10. Jadi ketemu BTPN Syariah mulai usaha sendiri,” tuturnya.
Saat ini, perempuan yang akrab disapa Ibu Ref ini mampu memproduksi 8 set sprei-bed cover dalam sehari. Di mana dari sisi omzet, dia mengaku bisa mengantongi sekitar Rp50 juta. Saat ini, Ibu Ref telah melalui siklus penbiayaan ketiga dan menuju yang keempat. Dia juga terpilih menjadi Mitra Tepat yang merupakan perpanjangan tangan perbankan atau sebagai agent banking sesuai konsep Laku Pandai.
Teknologi untuk Kebaikan
Ade Fauzan, Business Development Head BTPN Syariah menyebut, proses digitalisasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan para anggota sentra dan rekan-rekan community officer di lapangan. “Kita menyesuaikan kebutuhan nasabah inklusi, jadi kita membangun aplikasi yang adaptif, selain itu kita juga membekali tim kita di lapangan dengan aplikasi yang muktahir, mempermudah para tim kita di lapangan dalam melayani nasabah,” tukasnya kala menyambangi sentra Harmonis di Koto Baru, Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang.
Ade menambahkan, bahwa proses transaksi dan pendataan yang dahulu masih bergantung dengan dokumen kertas saat ini sudah sangat terbantu dengan kemajuan teknologi. Diharapkan dengan dukungan teknologi dan kehadiran aplikasi tersebut dapat semakin melancarkan proses transaksi dan pendampingan di sentra-sentra. Salah satu yang tengah juga dikembangkan oleh BTPN Syariah adalah keberadaan agen perbankan atau agent banking dengan label Mitra Tepat. “Kita akan bangun Mitra Tepat,” ucapnya.
Melalui kehadiran Mitra Tepat dengan konsep teknologi untuk kebaikan ini, perseroan optimis segala proses bisa semakin terakselerasi. Perseroan mengedepankan access to financing; access to knowledge; access to supply/goods; dan access to market. Dua terakhir diharapkan bisa membawa ekosistem sentra dan model bisnis yang diusung BTPN Syariah ke level berikutnya.
“Untuk access to supply (goods) dan to market kita kerja sama dengan pihak ketiga. Itu sudah kami perhatikan. Apapun kerja sama yang kita bangun, yang paling pas dengan nasabah kita di R3 dan R4 (dari piramida penduduk/masyarakat lapisan bawah) itu. Paling penting lagi memiliki added value kepada nasabah kita. Karena nasabah kita self entrepreneur jadi agar mereka tidak loss opportunity (akibat aktivitas membeli barang dll). Jadi ini bagian dari ekosistem yang kita bentuk,” terang Dwiyono lagi.
Kemajuan teknologi informasi saat ini diharapkan dapat semakin mendukung dan memudahkan terbentuknya ekosistem yang ideal bagi segmen prasejahtera produktif. “Untuk access to supply kita kerja sama dengan pihak ketiga pastinya, karena kita tahu sekarang adalah masanya kolaborasi,” tegas Ade Fauzan. (*)