Jakarta – Perkembangan kejahatan siber (cyber crime) juga membawa ancaman ke dunia perbankan. Oleh karena itu, perilaku dan kesadaran nasabah serta pegawai bank menjadi hal penting untuk mengurangi risiko kejahatan siber.
Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha menjelaskan, masalah terbesar yang dihadapi bank saat ini adalah pertama aplikasi pihak ketiga, di smartphone dan tablet memungkinkan memiliki keamanan yang lemah jika dibuat oleh pengembang yang tidak berpengalaman.
“Kedua, jaringan Wifi Publik, merupakan salah satu cara mudah bagi peretas untuk mendapatkan akses dan data ke berbagai informasi akun yang tersimpan di smartphone. Ketiga, mobile malware seperti virus, trojan, rootkit dan lainnya. Ketika industry perbankan terus berkembang, begitu juga dengan malware,” katanya dalam Media & Public Discussion InfobankTalkNews dengan tema ‘Indonesia Darurat Kejahatan Siber: Bagaimana Perbankan Bersiap Sedia Untuk Menanggapi Serangan Siber?’, Selasa, 9 November 2021.
Perilaku dan kesadaran nasabah serta pegawai bank menjadi hal penting. Karena, bank pada dasarnya perlu menemukan cara untuk melindungi nasabah serta pegawai dari diri mereka sendiri.
“Karena kurangnya pengetahuan, misalnya nasabah dapat dengan mudah masuk ke aplikasi perbankan melalui jaringan yang tidak aman atau mengunduh aplikasi pihak ketiga, bahkan mengklik sembarangan email phising,” ucapnya. (*) Ayu Utami