Jakarta–Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, sepanjang 2015 sebanyak 200 perusahaan telah merealisasikan investasinya mencapai Rp264,7 triliun atau 51,4% dari total rencana investasi 200 perusahaan yang sebesar Rp512,6 triliun.
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, proyek tersebut terdiri dari bidang industri, pembangkit tenaga listrik, real estate dan beberapa industri lainnya. Menurutnya, capaian realisasi investasi 200 perusahaan tersebut menunjukkan dua hal penting.
Pertama, bahwa investasi tetap positif di saat terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi yang dikhawatirkan akan menunda proses realisasi investasi. Kedua, pengawalan terhadap proyek investasi yang sedang konstruksi ini dapat mendorong pencapaian target realisasi 2016 yang mencapai Rp594,8 triliun.
“Setelah kami bertemu dan berbicara langsung dengan para investor, mereka menyampaikan bahwa Indonesia tetap menjadi lokasi yang penting bagi mereka untuk melakukan investasi. Proyek-proyek yang masih konstruksi ini dapat mendorong pencapaian target realisasi investasi tahun 2016,” ujar Franky dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 2 Maret 2016.
Franky menjelaskan, dari 200 proyek investasi yang sedang dikawal BKPM, 59 proyek diantaranya sudah selesai konstruksi dan siap untuk memulai kegiatan produksinya, dengan nilai investasi Rp108 triliun. 59 proyek tersebut tercatat menyerap 14.679 tenaga kerja langsung.
Sementara itu, 141 proyek lainnya masih melanjutkan terus melakukan konstruksinya dengan nilai investasi yang sudah direalisasikan sebesar Rp157 triliun. “Proyek yang masih tahap konstruksi ini akan terus kami kawal dan diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja langsung hingga 65.012 orang,” tukasnya.
Dari 59 proyek investasi yang sudah selesai konstruksi tersebut, kata dia, sebagian besar berada di luar Jawa sebanyak 33 proyek dan di Pulau Jawa sebanyak 26 proyek. Proyek investasi di luar Jawa di antaranya tersebar di Sumatera Utara 9 proyek, Bali 5 proyek, Sumatera Selatan dan Riau masing-masing 3 proyek, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat masing-masing sebanyak 2 proyek, serta Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Lampung, Sulawesi Tengah dan Papua Barat masing-masing 1 proyek.
“Hal ini cukup menggembirakan karena geliat investasi di luar Jawa tumbuh dan dapat mendorong pemerataan pembangunan. Kami akan mengawal terus 141 proyek investasi yang sedang konstruksi yang 70 perusahaan berada di luar Jawa, sementara 71 perusahaan berada di Pulau Jawa,” imbuhnya.
Menurutnya, nilai strategis dari pengawalan realisasi investasi 200 perusahaan tersebut adalah adanya proyeksi adanya potensi nilai substitusi impor sebesar US$634 juta dan nilai ekspor sebesar US$15,2 miliar.
Franky merinci, potensi tersebut diperoleh dari 200 perusahaan tersebut. Dari total 59 perusahaan yang sudah selesai konstruksi dan siap untuk produksi komersil, potensi nilai subsitusi impor mencapai US$453 juta dan potensi nilai ekspor sebesar US$7,1 milliar.
Sedangkan nilai subsitusi impor dari perusahaan yang saat ini masih dalam tahap konstruksi sebanyak 141 perusahaan sebesar US$181 juta dan potensi nilai ekspor sebesar US$8,1 miliar.
“Potensi nilai subsitusi impor dan rencana ekspor yang dapat meningkatkan perekonomian Indonesia, sehingga kami terus mengawal proyek konstruksi perusahaan tersebut,” tutup Franky. (*) Rezkiana Nisaputra